1.

حم

Haa-Meeem
Arti:
Ha Mim
Tafsir:
Hà Mìm. Kedua huruf ini termasuk huruf-huruf yang terletak pada permulaan sebagian dari surah-surah Al-Quran seperti: Alif Làm Mìm, Alif Làm Rà, Alif Làm Mìm Sàd, dan sebagainya. Di antara ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah karena di pandang termasuk ayat-ayat mutasyabihat, dan ada pula yang menafsirkannya. Golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surah, dan ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian para pendengar supaya memperhatikan Al-Quran itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa Al-Quran itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. Kalau mereka tidak percaya bahwa Al-Quran di turunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad semata-mata, maka cobalah mereka buat semacam Al-Quran itu.

2.

وَالْكِتَابِ الْمُبِينِ

Wal Kitaabil Mubeen
Arti:
Demi Kitab (Al-Qur'an) yang jelas.
Tafsir:
Demi al-kitab, demikian Allah bersumpah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, yaitu Al-Quran yang nyata bersumber dari Allah, nyata ke istimewaannya, dan nyata uraian-uraiannya sehingga menjadi petunjuk bagi manusia.

3.

إِنَّا جَعَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَّعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

Innaa ja'alnaahu Quraanan 'Arabiyyal la'allakum ta'qiloon
Arti:
Kami menjadikan Al-Qur'an dalam bahasa Arab agar kamu mengerti.
Tafsir:
Sesungguhnya Kami menjadikannya, yaitu kitab yang nyata itu, sebagai Al-Qur’an, yaitu bacaan dalam bahasa Arab agar kamu mengerti pesan-pesannya dengan menggunakan akalmu.

4.

وَإِنَّهُ فِي أُمِّ الْكِتَابِ لَدَيْنَا لَعَلِيٌّ حَكِيمٌ

Wa innahoo feee Ummil Kitaabi Ladainaa la'aliyyun hakeem
Arti:
Dan sesungguhnya Al-Qur'an itu dalam Ummul Kitab (Lauh Mahfuzh) di sisi Kami, benar-benar (bernilai) tinggi dan penuh hikmah.
Tafsir:
Dan sesungguhnya dia, yaitu Al-Qur’an itu, di dalam Ummul-Kitàb, yaitu kitab induk atau Lauë Mahfùz, yang berada di sisi Kami dan ia benar-benar bernilai tinggi dan penuh hikmah di dalamnya.

5.

أَفَنَضْرِبُ عَنكُمُ الذِّكْرَ صَفْحًا أَن كُنتُمْ قَوْمًا مُّسْرِفِينَ

Afanadribu 'ankumuz Zikra safhan an kuntum qawmam musrifeen
Arti:
Maka apakah Kami akan berhenti menurunkan ayat-ayat (sebagai peringatan) Al-Qur'an kepadamu, karena kamu kaum yang melampaui batas?
Tafsir:
Maka apakah dengan penolakan kamu terhadap Al-Qur’an yang Kami turunkan itu, wahai orang-orang kafir, akan menyebabkan Kami akan berhenti menurunkan ayat-ayat Al-Qur’an sebagai peringatan kepa-damu, karena kamu adalah kaum yang melampaui batas karena kebejatan dan keingkaranmu terhadapnya? Sama sekali tidak. Kami tidak akan pernah berhenti menurunkannya.

6.

وَكَمْ أَرْسَلْنَا مِن نَّبِيٍّ فِي الْأَوَّلِينَ

Wa kam arsalnaa min Nabiyyin fil awwaleen
Arti:
Dan betapa banyak nabi-nabi yang telah Kami utus kepada umat-umat yang terdahulu.
Tafsir:
Setelah Allah menegaskan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang bernilai tinggi dan tidak akan pernah berhenti di turunkan walaupun mendapat penolakan dari orang-orang kafir, maka pada ayat ini Allah menegaskan bahwa sikap orang-orang musyik Mekah tidak beda dengan umat-umat sebelumnya, “Dan betapa banyak nabi-nabi yang telah Kami utus kepada umat-umat yang terdahulu sebelum engkau, wahai Nabi Muhammad, sikap umat-umat mereka tidak berbeda dengan sikap orang-orang musyrik Mekah yang kamu hadapi.”

7.

وَمَا يَأْتِيهِم مِّن نَّبِيٍّ إِلَّا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ

Wa maa yaateehim min Nabiyyin illaa kaanoo bihee yasahzi'oon
Arti:
Dan setiap kali seorang nabi datang kepada mereka, mereka selalu memperolok-olokkannya.
Tafsir:
Dan di antara sikap mereka adalah bahwa setiap kali seorang nabi datang kepada mereka, mereka enggan menerima kehadirannya. Mereka memperlihatkan sikap-sikap yang buruk kepada para nabi itu dan selalu memperolok-olokkannya dengan berbagai macam olokan meskipun para nabi telah di dukung dengan berbagai bukti atas kebenaran dakwah mereka.

8.

فَأَهْلَكْنَا أَشَدَّ مِنْهُم بَطْشًا وَمَضَىٰ مَثَلُ الْأَوَّلِينَ

Fa ahlaknaaa ashadda minhum batshanw wa madaa masalul lawwaleen
Arti:
Karena itu Kami binasakan orang-orang yang lebih besar kekuatannya di antara mereka dan telah berlalu contoh umat-umat terdahulu.
Tafsir:
Karena keingkaran dan penolakan mereka terhadap para nabi yang Kami utus itu, Kami binasakan orang-orang yang lebih besar kekuatannya di antara mereka tanpa mendapat kesulitan sedikit pun. Dan telah berlalu di sebutkan di dalam Al-Qur’an contoh dan perumpamaan umat-umat terdahulu yang Kami binasakan yang patut menjadi pelajaran bagi orang-orang musyrik Mekah.

9.

وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ خَلَقَهُنَّ الْعَزِيزُ الْعَلِيمُ

Wa la'in sa altahum man khalaqas samaawaati wal arda la yaqoolunna khalaqa hunnal 'Azeezul 'Aleem
Arti:
Dan jika kamu tanyakan kepada mereka, “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” Pastilah mereka akan menjawab, “Semuanya diciptakan oleh Yang Mahaperkasa, Maha Mengetahui.”
Tafsir:
Dan sesungguhnya mereka sebenarnya menyadari tentang bukti kekuasaan Allah di alam ini, termasuk kekuasaan untuk membinasakan orang-orang yang ingkar terhadap utusan-utusan-Nya. Oleh karena itu, jika kamu menanyakan kepada mereka, “Siapakah yang menciptakan langit yang demikian tinggi dan kukuh itu dengan bintang-bintang yang menghiasinya dan siapa pulakah yang menciptakan bumi yang indah dan terhampar luas dengan segala kenikmatan yang dapat dinikmati?” pastilah mereka secara spontan dan tanpa berpikir panjang akan menjawab, “Semuanya, yakni langit dan bumi dengan segala isi keduanya diciptakan oleh Yang Mahaperkasa terhadap sesuatu dengan kekuasaan-Nya, Maha Mengetahui terhadap segala sesuatu yang diciptakan-Nya.”

10.

الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ مَهْدًا وَجَعَلَ لَكُمْ فِيهَا سُبُلًا لَّعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

Allazee ja'ala lakumul arda mahdanw wa ja'ala lakum feehaa subulal la'allakum tahtadoon
Arti:
Yang menjadikan bumi sebagai tempat menetap bagimu dan Dia menjadikan jalan-jalan di atas bumi untukmu agar kamu mendapat petunjuk.
Tafsir:
Begitu banyak kekuasaan Allah yang ditunjukkan kepada manusia. Di antaranya adalah bahwa Dialah yang menjadikan bumi sebagai tempat menetap yang mantap dan nyaman bagimu dan Dia pulalah yang menjadikan untukmu jalan-jalan yang banyak di atas bumi yang terhampar luas itu agar kamu mendapat petunjuk untuk menuju ke arah dan tujuan yang kamu inginkan dan untuk menuju ke tempat pembuktian ke-Esaan Allah.

11.

وَالَّذِي نَزَّلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً بِقَدَرٍ فَأَنشَرْنَا بِهِ بَلْدَةً مَّيْتًا ۚ كَذَٰلِكَ تُخْرَجُونَ

Wallazee nazzala minas samaaa'i maaa'am biqadarin fa anshamaa bihee baldatam maitaa' kazaalika tukhrajoon
Arti:
Dan yang menurunkan air dari langit menurut ukuran (yang diperlukan) lalu dengan air itu Kami hidupkan negeri yang mati (tandus). Seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari kubur).
Tafsir:
Dan Dia pulalah yang menurunkan secara bertahap dan teratur air dari langit menurut ukuran yang diperlukan untuk semua makhluk-Nya yang ada di bumi, untuk kebutuhan minuman kamu, untuk minuman hewan-hewan piaraanmu dan untuk kebutuhan-kebutuhanmu yang lain. Lalu dengan air yang diturunkan sesuai kadarnya itu Kami hidupkan negeri yang mati dan tandus sehingga tumbuh-tumbuhan yang ada padanya dapat keluar dari bumi dan tumbuh dengan baik dan subur. Seperti itulah kamu nanti akan dikeluarkan ketika akan dibangkitkan dari kuburmu.

12.

وَالَّذِي خَلَقَ الْأَزْوَاجَ كُلَّهَا وَجَعَلَ لَكُم مِّنَ الْفُلْكِ وَالْأَنْعَامِ مَا تَرْكَبُونَ

Wallazee khalaqal azwaaja kullahaa wa ja'ala lakum minal fulki wal-an'aami maa tarkaboon
Arti:
Dan yang menciptakan semua berpasang-pasangan dan menjadikan kapal untukmu dan hewan ternak yang kamu tunggangi.
Tafsir:
12-13. Dan kekuasaan-Nya yang lain adalah bahwa Dia pulalah yang menciptakan semuanya, yaitu semua makhluk-Nya berpasang-pasangan dan dengan keberpasangannya itu mereka saling menyempurnakan satu sama lain. Dan Dialah yang menjadikan kapal sebagai alat transportasi laut untukmu yang dapat mengantar kamu dan kebutuhan kamu ke tempat tujuanmu di laut dengan aman dan atas izin-Nya dan hewan ternak sebagai alat transportasi darat yang kamu tunggangi, agar kamu duduk di atas punggungnya dengan aman dan atas izin-Nya dan menjadikannya sebagai pengangkut barang-barang kebutuhanmu. Kemudian kamu ingat dengan pikiran dan hatimu nikmat Tuhanmu, yaitu ditundukkannya hewan-hewan itu untuk kamu apabila kamu telah duduk dengan aman dan mantap dan melihat barang-barangmu aman di atasnya; dan agar kamu mengucapkan dengan lidahmu sebagai peng-akuan atas kekuasaan Allah menundukkannya dengan mengatakan, “Mahasuci Allah yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya, yakni sebelum Allah menundukkannya, tidak mampu menguasainya.\\"12-13. Dan kekuasaan-Nya yang lain adalah bahwa Dia pulalah yang menciptakan semuanya, yaitu semua makhluk-Nya berpasang-pasangan dan dengan keberpasangannya itu mereka saling menyempurnakan satu sama lain. Dan Dialah yang menjadikan kapal sebagai alat transportasi laut untukmu yang dapat mengantar kamu dan kebutuhan kamu ke tempat tujuanmu di laut dengan aman dan atas izin-Nya dan hewan ternak sebagai alat transportasi darat yang kamu tunggangi, agar kamu duduk di atas punggungnya dengan aman dan atas izin-Nya dan menjadikannya sebagai pengangkut barang-barang kebutuhanmu. Kemudian kamu ingat dengan pikiran dan hatimu nikmat Tuhanmu, yaitu ditundukkannya hewan-hewan itu untuk kamu apabila kamu telah duduk dengan aman dan mantap dan melihat barang-barangmu aman di atasnya; dan agar kamu mengucapkan dengan lidahmu sebagai peng-akuan atas kekuasaan Allah menundukkannya dengan mengatakan, “Mahasuci Allah yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya, yakni sebelum Allah menundukkannya, tidak mampu menguasainya.\\"

13.

لِتَسْتَوُوا عَلَىٰ ظُهُورِهِ ثُمَّ تَذْكُرُوا نِعْمَةَ رَبِّكُمْ إِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ وَتَقُولُوا سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَٰذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ

Litastawoo 'alaa zuhoorihee summa tazkuroo ni'mata Rabbikum izastawaitum 'alaihi wa taqooloo Subhaanal lazee sakhkhara lana haaza wa maa kunnaa lahoo muqrineen
Arti:
Agar kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya; dan agar kamu mengucapkan, “Maha-suci (Allah) yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya,
Tafsir:
Dan kekuasaan-Nya yang lain adalah bahwa Dia pulalah yang menciptakan semuanya, yaitu semua makhluk-Nya berpasang-pasangan dan dengan keberpasangannya itu mereka saling menyempurnakan satu sama lain. Dan Dialah yang menjadikan kapal sebagai alat transportasi laut untukmu yang dapat mengantar kamu dan kebutuhan kamu ke tempat tujuanmu di laut dengan aman dan atas izin-Nya dan hewan ternak sebagai alat transportasi darat yang kamu tunggangi, agar kamu duduk di atas punggungnya dengan aman dan atas izin-Nya dan menjadikannya sebagai pengangkut barang-barang kebutuhanmu. Kemudian kamu ingat dengan pikiran dan hatimu nikmat Tuhanmu, yaitu ditundukkannya hewan-hewan itu untuk kamu apabila kamu telah duduk dengan aman dan mantap dan melihat barang-barangmu aman di atasnya; dan agar kamu mengucapkan dengan lidahmu sebagai peng-akuan atas kekuasaan Allah menundukkannya dengan mengatakan, “Mahasuci Allah yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya, yakni sebelum Allah menundukkannya, tidak mampu menguasainya.

14.

وَإِنَّا إِلَىٰ رَبِّنَا لَمُنقَلِبُونَ

Wa innaaa ilaa Rabbinaa lamunqaliboon
Arti:
dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami.”
Tafsir:
Dan sesungguhnya sesudah kehidupan di dunia ini, kami pasti akan kembali kepada Tuhan kami, untuk mempertanggungjawabkan amal perbuatan kami.”

15.

وَجَعَلُوا لَهُ مِنْ عِبَادِهِ جُزْءًا ۚ إِنَّ الْإِنسَانَ لَكَفُورٌ مُّبِينٌ

Wa ja'aloo lahoo min 'ibaadihee juz'aa; innal insaana lakafoorum mubeen
Arti:
Dan mereka menjadikan sebagian dari hamba-hamba-Nya sebagai bagian dari-Nya. Sungguh, manusia itu pengingkar (nikmat Tuhan) yang nyata.
Tafsir:
Walaupun Allah telah menerangkan kekuasaan-Nya dalam menciptakan langit dan bumi serta menundukkan hewan ternak untuk manusia, sebagian manusia masih saja mempersekutukan Allah dengan makhluk-Nya. Dan mereka, yakni orang-orang musyrik, menjadikan sebagian dari hamba-hamba-Nya, yang merupakan ciptaan-Nya sebagai bagian dari-Nya, dengan menganggap bahwa malaikat adalah anak-anak Tuhan. Sesungguhnya, manusia yang mempercayai dan mengatakan demikian itu benar-benar pengingkar nikmat Tuhan, yang melampaui batas dalam kekafirannya, lagi yang nyata kesyirikan dan keingkarannya.

16.

أَمِ اتَّخَذَ مِمَّا يَخْلُقُ بَنَاتٍ وَأَصْفَاكُم بِالْبَنِينَ

Amit takhaza mimmaa yakhluqu banaatinw wa asfaakum bilbaneen
Arti:
Pantaskah Dia mengambil anak perempuan dari yang diciptakan-Nya dan memberikan anak laki-laki kepadamu?
Tafsir:
Lalu Allah mengecam apa yang telah di katakan dan di yakini oleh orang-orang musyrik dengan mengatakan, “Pantaskah Dia, Allah Yang Maha Esa, Yang Mahakuasa, dan Yang Maha Pencipta itu mengambil dengan sungguh-sungguh dari apa yang di ciptakan-Nya sendiri berupa anak-anak perempuan yang justru orang-orang musyrik itu tidak suka mendapatkannya? Tentulah tidak pantas. Dan pantas pulakah kamu beranggapan bahwa Allah memberikan anak laki-laki kepadamu? Tentulah tidak pantas. Sungguh ini kepercayaan yang sangat keliru dan tidak masuk akal.”

17.

وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُم بِمَا ضَرَبَ لِلرَّحْمَٰنِ مَثَلًا ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ

Wa izaa bushshira ahaduhum bimaa daraba lir Rahmaani masalan zalla wajhuhoo muswaddanw wa hua kazeem
Arti:
Dan apabila salah seorang di antara mereka diberi kabar gembira dengan apa (kelahiran anak perempuan) yang dijadikan sebagai perumpamaan bagi (Allah) Yang Maha Pengasih, jadilah wajahnya hitam pekat, karena menahan sedih (dan marah).
Tafsir:
Allah menegaskan apa yang di kecam-Nya di dalam ayat sebelumnya dengan mengatakan bahwa apabila salah seorang di antara mereka, yaitu kaum musyrik Mekah yang berkeyakinan seperti itu, diberi kabar gembira dengan kelahiran apa, yaitu anak perempuan, yang di jadikan sebagai perumpamaan bagi Al-Rahman, Allah Yang Maha Pengasih, jadilah wajahnya hitam pekat karena kejengkelan dan kemarahan menerima kehadiran anak perempuan itu, sedang ia sendiri ketika menerima berita itu amat menahan sedih dan marah. Kalau demikian halnya, mengapa mereka menyatakan bahwa Allah memiliki anak perempuan?

18.

أَوَمَن يُنَشَّأُ فِي الْحِلْيَةِ وَهُوَ فِي الْخِصَامِ غَيْرُ مُبِينٍ

Awa mai yunashsha'u fil hilyati wa huwa fil khisaami ghairu mubeen
Arti:
Dan apakah patut (menjadi anak Allah) orang yang dibesarkan sebagai perhiasan sedang dia tidak mampu memberi alasan yang tegas dan jelas dalam pertengkaran.
Tafsir:
Lalu Allah mengecam mereka dengan mengatakan bahwa apakah orang, yakni wanita-wanita yang dibesarkan dalam perhiasan, patut dijadikan sebagai anak Allah sedang dia tidak mampu memberi alasan atau penjelasan yang tegas dan jelas dalam pertengkaran.

19.

وَجَعَلُوا الْمَلَائِكَةَ الَّذِينَ هُمْ عِبَادُ الرَّحْمَٰنِ إِنَاثًا ۚ أَشَهِدُوا خَلْقَهُمْ ۚ سَتُكْتَبُ شَهَادَتُهُمْ وَيُسْأَلُونَ

Wa ja'alul malaaa'ikatal lazeena hum 'ibaadur Rahmaani inaasaa; a shahidoo khalaqhum; satuktabu shahaa datuhum wa yus'aloon
Arti:
Dan mereka menjadikan malaikat-malaikat hamba-hamba (Allah) Yang Maha Pengasih itu sebagai jenis perempuan. Apakah mereka menyaksikan penciptaan (malaikat-malaikat itu)? Kelak akan dituliskan kesaksian mereka dan akan dimintakan pertanggungjawaban.
Tafsir:
Allah menegaskan apa yang dinyatakan-Nya di dalam ayat di atas dengan mengatakan bahwa mereka, orang-orang musyrik Mekah, menjadikan malaikat-malaikat yang mereka itu hamba-hamba Allah Yang Maha Pengasih yang sangat taat dan senantiasa beribadah kepada-Nya itu sebagai berjenis kelamin perempuan. Apakah mereka menyaksikan sendiri dengan mata kepala mereka atau melalui bukti-bukti yang pasti menyangkut penciptaan mereka, yakni malaikat-malaikat itu pada saat diciptakan ataukah melihat wujud malaikat itu setelah diciptakan? Hal itu pastilah tidak akan terjadi. Mereka tidak menyaksikannya. Kelak akan dituliskan di dalam catatan amal mereka oleh malaikat yang ditugaskan untuk itu kesaksian mereka dan akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak.

20.

وَقَالُوا لَوْ شَاءَ الرَّحْمَٰنُ مَا عَبَدْنَاهُم ۗ مَّا لَهُم بِذَٰلِكَ مِنْ عِلْمٍ ۖ إِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ

Wa qaaloo law shaaa'ar Rahmaanu maa 'abadnaahum; maa lahum bizaalika min 'ilmin in hum illaa yakhrusoon
Arti:
Dan mereka berkata, “Sekiranya (Allah) Yang Maha Pengasih menghendaki, tentulah kami tidak menyembah mereka (malaikat).” Mereka tidak mempunyai ilmu sedikit pun tentang itu. Tidak lain mereka hanyalah menduga-duga belaka.
Tafsir:
Dan hal yang lebih buruk lagi dari sikap mereka adalah ketika mereka berkata, “Sekiranya Allah Yang Maha Pengasih menghendaki agar kami tidak menyembah para malaikat-malaikat itu, tentulah kami tidak menyembah mereka.” Mereka, orang-orang musyrik yang menyatakan bahwa para malaikat itu berjenis kelamin perempuan, tidak mempunyai ilmu sedikit pun tentang itu. Tidak lain mereka hanyalah menduga-duga belaka dan mengada-ada, bahkan mereka berbohong.

21.

أَمْ آتَيْنَاهُمْ كِتَابًا مِّن قَبْلِهِ فَهُم بِهِ مُسْتَمْسِكُونَ

Am aatainaahum Kitaabam min qablihee fahum bihee mustamsikoon
Arti:
Atau apakah pernah Kami berikan sebuah kitab kepada mereka sebelumnya, lalu mereka berpegang (pada kitab itu)?
Tafsir:
Atau kalau mereka tidak pernah menyaksikan penciptaan para malaikat dan menyaksikan wujudnya, apakah pernah Kami berikan informasi atau pengetahuan yang menjelaskan mengenai hal itu melalui sebuah kitab yang diturunkan kepada mereka sebelumnya, yaitu sebelum Al-Qur’an diturunkan, lalu mereka berpegang teguh dengannya, yaitu dengan informasi di dalam kitab itu? Sama sekali tidak. Mereka tidak pernah memiliki informasi mengenai hal itu.

22.

بَلْ قَالُوا إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَىٰ أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَىٰ آثَارِهِم مُّهْتَدُونَ

Bal qaalooo innaa wajadnaaa aabaaa'anaa 'alaaa ummatinw wa innaa 'alaaa aasaarihim muhtadoon
Arti:
Bahkan mereka berkata, “Sesungguhnya kami mendapati nenek moyang kami menganut suatu agama, dan kami mendapat petunjuk untuk mengikuti jejak mereka.”
Tafsir:
Bahkan setelah kehabisan alasan dan dalih atas kesesatan mereka, mereka berkata, “Sesungguhnya kami mendapati nenek moyang dan leluhur kami menganut suatu agama, yakni suatu keyakinan dan kepercayaan yang patut kami ikuti dan teladani, dan sesungguhnya kami mendapat petunjuk untuk mengikuti jejak mereka.”

23.

وَكَذَٰلِكَ مَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ فِي قَرْيَةٍ مِّن نَّذِيرٍ إِلَّا قَالَ مُتْرَفُوهَا إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَىٰ أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَىٰ آثَارِهِم مُّقْتَدُونَ

Wa kazaalika maaa arsalnaa min qablika fee qaryatim min nazeerin illaa qaala mutrafoohaaa innaa wajadnaaa aabaaa'anaa 'alaaa ummatinw wa innaa 'alaaa aasaarihim muqtadoon
Arti:
Dan demikian juga ketika Kami mengutus seorang pemberi peringatan sebelum engkau (Muhammad) dalam suatu negeri, orang-orang yang hidup mewah (di negeri itu) selalu berkata, “Sesungguhnya kami mendapati nenek moyang kami menganut suatu (agama) dan sesungguhnya kami sekedar pengikut jejak-jejak mereka.”
Tafsir:
Dan apa yang dikatakan oleh kaum musyrik Mekah kepadamu sekarang, wahai Nabi Muhammad, demikian juga yang dikatakan oleh umat-umat terdahulu ketika Kami mengutus seorang pemberi peringatan, yaitu nabi atau rasul sebelum engkau diutus, dalam suatu negeri di lokasi mana pun di bumi ini, orang-orang yang hidup mewah secara durhaka di masing-masing negeri itu selalu berkata, “Sesungguhnya kami mendapati nenek moyang kami yang juga orang-orang terkemuka dan paham menganut suatu agama, yakni kepercayaan yang mereka yakini benar dan sesungguhnya kami tidak lain, kecuali sekadar pengikut-pengikut yang mengikuti jejak-jejak mereka.”

24.

۞ قَالَ أَوَلَوْ جِئْتُكُم بِأَهْدَىٰ مِمَّا وَجَدتُّمْ عَلَيْهِ آبَاءَكُمْ ۖ قَالُوا إِنَّا بِمَا أُرْسِلْتُم بِهِ كَافِرُونَ

Qaala awa law ji'tukum bi ahdaa mimmaa wajattum 'alaihi aabaaa'akum qaalooo innaa bimaaa ursiltum bihee kaafiroon
Arti:
(Rasul itu) berkata, “Apakah (kamu akan mengikutinya juga) sekalipun aku membawa untukmu (agama) yang lebih baik daripada apa yang kamu peroleh dari (agama) yang dianut nenek moyangmu.” Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami mengingkari (agama) yang kamu diperintahkan untuk menyampaikannya.”
Tafsir:
Apa yang dikatakan oleh umat-umat terdahulu itu dijawab oleh para rasul utusan Allah itu dengan mengatakan, “Dan apakah kamu akan mengikutinya juga sekalipun aku membawa untukmu agama, yakni keyakinan dan kepercayaan, yang lebih baik daripada apa yang kamu peroleh dari agama dan kepercayaan yang dianut nenek moyangmu dahulu?” Dengan sikap menentang, mereka menjawab, “Sesungguhnya kami mengingkari agama yang kamu diperintahkan untuk menyampaikannya.”

25.

فَانتَقَمْنَا مِنْهُمْ ۖ فَانظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ

Fantaqamnaa minhum fanzur kaifa kaana 'aaqibatul mukazzibeen
Arti:
Lalu Kami binasakan mereka, maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (kebenaran).
Tafsir:
Lalu, akibat dari keyakinan dan kepercayaan mereka yang salah dan penentangan terhadap apa yang dibawa oleh para rasul itu, Kami binasakan mereka dengan berbagai macam siksaan. Maka perhatikanlah, wahai Muhammad atau siapa pun yang mau memperhatikan dan mengambil pelajaran, bagaimana kesudahan orang-orang terdahulu yang mendustakan kebenaran yang dibawa oleh para rasul itu.

26.

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ إِنَّنِي بَرَاءٌ مِّمَّا تَعْبُدُونَ

Wa iz qaala Ibraaheemu liabeehi wa qawmiheee innane baraaa'um mimmaa ta'budo
Arti:
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada ayahnya dan kaumnya, “Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu sembah,
Tafsir:
Dan ingatlah ketika Nabi Ibrahim, nenek moyang mereka yang tidak mau mengikuti jejak buruk dari leluhurnya, berkata kepada ayah-nya dan kaumnya yang menyekutukan Allah dan menyembah berhala-berhala, “Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa, yaitu berhala-berhala, yang kamu sembah.

27.

إِلَّا الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ سَيَهْدِينِ

Illal lazee fataranee innahoo sa yahdeen
Arti:
kecuali (kamu menyembah) Allah yang menciptakanku; karena sungguh, Dia akan memberi petunjuk kepadaku.”
Tafsir:
kecuali yang kamu sembah itu adalah Allah, Tuhan yang telah menciptakan aku, menciptakan kalian, dan apa yang kamu sembah itu; karena sesungguhnya Dia pulalah yang akan memberi petunjuk kepadaku untuk kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.”

28.

وَجَعَلَهَا كَلِمَةً بَاقِيَةً فِي عَقِبِهِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Wa ja'alahaa Kalimatam baaqiyatan fee 'aqibihee la'al lahum yarji'oon
Arti:
Dan (Ibrahim) menjadikan (kalimat tauhid) itu kalimat yang kekal pada keturunannya agar mereka kembali (kepada kalimat tauhid itu).
Tafsir:
Dan dia, yakni Ibrahim, menjadikannya, yakni kalimat tauhid yang disampaikannya kepada kaumnya itu, kalimat yang kekal pada keturunannya sesudahnya agar mereka kembali kepada kalimat tauhid itu apabila suatu saat nanti mereka menyimpang dari jalan yang benar dengan menyekutukan Allah.

29.

بَلْ مَتَّعْتُ هَٰؤُلَاءِ وَآبَاءَهُمْ حَتَّىٰ جَاءَهُمُ الْحَقُّ وَرَسُولٌ مُّبِينٌ

Bal matta'tu haaa'ulaaa'i wa aabaaa'ahum hattaa jaaa'a humul haqqu wa Rasoolum mubeen
Arti:
Bahkan Aku telah memberikan kenikmatan hidup kepada mereka dan nenek moyang mereka sampai kebenaran (Al-Qur'an) datang kepada mereka beserta seorang Rasul yang memberi penjelasan.
Tafsir:
Bahkan Allah menyatakan, “Aku, Tuhan Yang Maha Esa, telah memberikan kenikmatan hidup kepada mereka, yakni kaum Nabi Ibrahim yang menyekutukan-Ku dan nenek moyang mereka yang durhaka itu dan tidak menurunkan siksaan kepada mereka semua sampai kebenaran yang mutlak yang tidak diragukan lagi kebenarannya, yaitu Al-Qur’an, datang kepada mereka dan datang pula seorang rasul, yaitu Nabi Muhammad, yang memberi penjelasan.”

30.

وَلَمَّا جَاءَهُمُ الْحَقُّ قَالُوا هَٰذَا سِحْرٌ وَإِنَّا بِهِ كَافِرُونَ

Wa lammaa jaaa'ahumul haqqu qaaloo haazaa sihrunw wa innaa bihee kaafiroon
Arti:
Tetapi ketika kebenaran (Al-Qur'an) itu datang kepada mereka, mereka berkata, “Ini adalah sihir dan sesungguhnya kami mengingkarinya.”
Tafsir:
Dan ketika kebenaran, yakni Al-Qur’an, itu datang kepada mereka, dengan penuh keangkuhan, penghinaan, dan pelecehan mereka berkata, “Ini adalah sihir yang nyata dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang selamanya mengingkarinya.”

31.

وَقَالُوا لَوْلَا نُزِّلَ هَٰذَا الْقُرْآنُ عَلَىٰ رَجُلٍ مِّنَ الْقَرْيَتَيْنِ عَظِيمٍ

Wa qaaloo law laa nuzzila haazal Quraanu 'alaa rajulim minal qaryataini 'azeem
Arti:
Dan mereka (juga) berkata, “Mengapa Al-Qur'an ini tidak diturunkan kepada orang besar (kaya dan berpengaruh) dari salah satu dua negeri ini (Mekah dan Taif)?”
Tafsir:
Dan mereka tidak hanya melecehkan Al-Qur’an, tetapi juga melecehkan Nabi Muhammad dengan berkata, “Mengapa Al-Qur’an ini, yang diyakini oleh Muhammad sebagai petunjuk yang diturunkan Tuhan, tidak diturunkan kepada seorang laki-laki yang agung, kaya, dan berpengaruh yang berasal dari salah satu dua negeri ini, yaitu Mekah dan Taif?”

32.

أَهُمْ يَقْسِمُونَ رَحْمَتَ رَبِّكَ ۚ نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُم مَّعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۚ وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِّيَتَّخِذَ بَعْضُهُم بَعْضًا سُخْرِيًّا ۗ وَرَحْمَتُ رَبِّكَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ

Ahum yaqsimoona rahmata Rabbik; Nahnu qasamnaa bainahum ma'eeshatahum fil hayaatid dunyaa wa rafa'naa ba'dahum fawqa ba'din darajaatil liyattakhiza ba'duhum ba'dan sukhriyyaa; wa rahmatu Rabbika khairum mimmaa yajma'oon
Arti:
Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kamilah yang menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat memanfaatkan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.
Tafsir:
Atas sikap pengingkaran mereka terhadap Al-Qur’an dan kerasulan Nabi Muhammad itu, Allah lalu bertanya kepada Nabi Muhammad, “Apakah mereka, yang ingkar, durhaka, dan menyekutukan Tuhan itu, yang membagi-bagi rahmat Tuhan, Pencipta, Pemelihara, dan Pelimpah rahmat kepada-mu, wahai Nabi Muhammad? Sama sekali tidak. Mereka tidak dapat melakukan itu. Kamilah yang membagikan rahmat di antara mereka dan Kami pula lah yang menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia sesuai dengan ketentuan dan hukum-hukum yang telah Kami tetapkan. Dan Kami telah meninggikan sebagian mereka dalam kedudukan, harta, ilmu, dan jabatan mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat memanfaatkan sebagian yang lain sehingga mereka dapat saling membantu dan menolong dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Dan rahmat Tuhan yang dilim-pahkan kepada mu berupa kenabian dan kerasulan lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan, baik berupa kekayaan yang melimpah dan kekuasaan yang sangat tinggi.”

33.

وَلَوْلَا أَن يَكُونَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً لَّجَعَلْنَا لِمَن يَكْفُرُ بِالرَّحْمَٰنِ لِبُيُوتِهِمْ سُقُفًا مِّن فِضَّةٍ وَمَعَارِجَ عَلَيْهَا يَظْهَرُونَ

Wa law laaa any yakoonan naasu ummatanw waahidatal laja'alnaa limany yakfuru bir Rahmaani libu yootihim suqufam min fiddatinw wa ma'aarija 'alaihaa yazharoon
Arti:
Dan sekiranya bukan karena menghindarkan manusia menjadi umat yang satu (dalam kekafiran), pastilah sudah Kami buatkan bagi orang-orang yang kafir kepada (Allah) Yang Maha Pengasih, loteng-loteng rumah mereka dari perak, demikian pula tangga-tangga yang mereka naiki,
Tafsir:
Dan sekiranya bukan karena Kami menghindarkan semua manusia menjadi umat yang satu dalam kekafiran, pastilah sudah Kami buatkan untuk orang-orang yang kafir kepada Allah, Yang Maha Pengasih, bagi rumah-rumah mereka loteng-loteng yang terbuat dari perak, dan demikian pula tangga-tangga yang mereka naiki,

34.

وَلِبُيُوتِهِمْ أَبْوَابًا وَسُرُرًا عَلَيْهَا يَتَّكِئُونَ

Wa libu yootihim abwaabanw wa sururan 'alaihaa yattaki'oon
Arti:
dan (Kami buatkan pula) pintu-pintu (perak) bagi rumah-rumah mereka, dan (begitu pula) dipan-dipan tempat mereka bersandar,
Tafsir:
dan Kami buatkan pula pintu-pintu yang terbuat dari perak bagi rumah-rumah mereka, dan begitu pula dipan-dipan tempat mereka bersandar,

35.

وَزُخْرُفًا ۚ وَإِن كُلُّ ذَٰلِكَ لَمَّا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۚ وَالْآخِرَةُ عِندَ رَبِّكَ لِلْمُتَّقِينَ

Wa zukhrufaa; wa in kullu zaalika lammaa mataa'ul hayaatid dunyaa; wal aakhiratu 'inda Rabbika lilmuttaqeen
Arti:
dan (Kami buatkan pula) perhiasan-perhiasan dari emas. Dan semuanya itu tidak lain hanyalah kesenangan kehidupan dunia, sedangkan kehidupan akhirat di sisi Tuhanmu disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.
Tafsir:
Dan semuanya itu tidak lain hanyalah kesenangan kehidupan dunia semata, yang bersifat sementara sedangkan kehidupan akhirat di sisi Tuhanmu disediakan khusus bagi orang-orang yang bertakwa.

36.

وَمَن يَعْشُ عَن ذِكْرِ الرَّحْمَٰنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ

Wa mai ya'shu 'an zikrir Rahmaani nuqaiyid lahoo Shaitaanan fahuwa lahoo qareen
Arti:
Dan barangsiapa berpaling dari pengajaran Allah Yang Maha Pengasih (Al-Qur'an), Kami biarkan setan (menyesatkannya) dan menjadi teman karibnya.
Tafsir:
Dan barang siapa berpaling dari pengajaran Allah Yang Maha Pengasih, yaitu tidak memperhatikan apa yang terkandung di dalam Al-Qur’an, Kami biarkan setan menyesatkan dan mengendalikannya serta menjadi teman karibnya yang selalu menyertai, mendampingi, dan mendorongnya melakukan kedurhakaan.

37.

وَإِنَّهُمْ لَيَصُدُّونَهُمْ عَنِ السَّبِيلِ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُم مُّهْتَدُونَ

Wa innahum la yasuddoo nahum 'anis sabeeli wa yahsaboona annahum muhtadoon
Arti:
Dan sungguh, mereka (setan-setan itu) benar-benar menghalang-halangi mereka dari jalan yang benar, sedang mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk.
Tafsir:
Dan sesungguhnya mereka, yakni setan-setan yang menjadi temannya itu benar-benar menghalang-halangi mereka dari jalan yang benar sehingga mereka tidak mampu melakukan kebaikan, sedang mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk dari apa yang ditunjukkan setan itu.

38.

حَتَّىٰ إِذَا جَاءَنَا قَالَ يَا لَيْتَ بَيْنِي وَبَيْنَكَ بُعْدَ الْمَشْرِقَيْنِ فَبِئْسَ الْقَرِينُ

Hattaaa izaa jaaa'anaa qaala yaa laita bainee wa bainaka bu'dal mashriqaini fabi'sal qareen
Arti:
Sehingga apabila orang–orang yang berpaling itu datang kepada Kami (pada hari Kiamat) dia berkata, “Wahai! Sekiranya (jarak) antara aku dan kamu seperti jarak antara timur dan barat! Memang (setan itu) teman yang paling jahat (bagi manusia).”
Tafsir:
Sehingga apabila dia yang berpaling itu, yakni orang yang tidak mau mengikuti petunjuk Al-Qur’an itu, datang kepada Kami pada hari Kiamat nanti, dia berkata dengan menyesali apa yang pernah dilakukannya di dunia ini, “Wahai! Sekiranya dapat dilakukan, maka jarak antara aku dan kamu seperti jarak antara timur dan barat! Memang, teman yang paling jahat bagi manusia adalah setan yang menjadi qarin itu.”

39.

وَلَن يَنفَعَكُمُ الْيَوْمَ إِذ ظَّلَمْتُمْ أَنَّكُمْ فِي الْعَذَابِ مُشْتَرِكُونَ

Wa lai yanfa'akumul Yawma iz zalamtum annakum fil 'azaabi mushtarikoon
Arti:
Dan (harapanmu itu) sekali-kali tidak akan memberi manfaat kepadamu pada hari itu karena kamu telah menzalimi (dirimu sendiri). Sesungguhnya kamu pantas bersama-sama dalam azab itu.
Tafsir:
Allah lalu menafikan apa yang menjadi harapan orang-orang yang enggan mengikuti petunjuk Al-Qur’an dengan mengatakan, “Dan harapanmu itu sekali-kali tidak akan memberi manfaat kepadamu sedikit pun pada hari itu karena kamu pada waktu di dunia dahulu telah menzalimi dirimu sendiri dengan menolak peringatan dari Al-Qur’an dan melakukan perbuatan durhaka. Sesungguhnya kamu dengan qarin-qarinmu itu pantas bersama-sama dalam azab itu, yaitu siksaan api neraka yang amat pedih.

40.

أَفَأَنتَ تُسْمِعُ الصُّمَّ أَوْ تَهْدِي الْعُمْيَ وَمَن كَانَ فِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ

Afa anta tusmi'us summa aw tahdil 'umya wa man kaana fee dalaalim mubeen
Arti:
Maka apakah engkau (Muhammad) dapat menjadikan orang yang tuli bisa mendengar, atau (dapatkah) engkau memberi petunjuk kepada orang yang buta (hatinya) dan kepada orang yang tetap dalam kesesatan yang nyata?
Tafsir:
Maka apakah engkau, wahai Nabi Muhammad, dapat menjadikan orang yang tuli, yaitu yang enggan mendengar ajakan kepada kebaikan, bisa mendengar ajakan itu, atau dapatkah engkau memberi petunjuk kepada orang yang buta hatinya untuk berpikir dan memahami petunjuk yang disampaikan kepada mereka dan kepada orang yang tetap dalam kesesatan yang nyata?

41.

فَإِمَّا نَذْهَبَنَّ بِكَ فَإِنَّا مِنْهُم مُّنتَقِمُونَ

Fa immaa nazhabanna bika fa innaa minhum muntaqimoon
Arti:
Maka sungguh, sekiranya Kami mewafatkanmu (sebelum engkau mencapai kemenangan), maka sesungguhnya Kami akan tetap memberikan azab kepada mereka (di akhirat),
Tafsir:
Maka sungguh, sekiranya Kami membawamu pergi dengan mewafatkanmu atau dengan cara yang lain sebelum engkau mencapai kemenangan, maka sesungguhnya Kami akan tetap memberikan azab kepada mereka di akhirat nanti, atau Kami perlihatkan kepadamu azab yang telah Kami ancamkan atau sampaikan kepada mereka. Maka sungguh, Kami Maha berkuasa untuk menurunkan siksaan atas mereka.”

42.

أَوْ نُرِيَنَّكَ الَّذِي وَعَدْنَاهُمْ فَإِنَّا عَلَيْهِم مُّقْتَدِرُونَ

Aw nuriyannakal lazee wa'adnaahum fa innaa 'alaihim muqtadiroon
Arti:
atau Kami perlihatkan kepadamu (azab) yang telah Kami ancamkan kepada mereka. Maka sungguh, Kami berkuasa atas mereka.
Tafsir:
41-42. Maka sungguh, sekiranya Kami membawamu pergi dengan mewafatkanmu atau dengan cara yang lain sebelum engkau mencapai kemenangan, maka sesungguhnya Kami akan tetap memberikan azab kepada mereka di akhirat nanti, atau Kami perlihatkan kepadamu azab yang telah Kami ancamkan atau sampaikan kepada mereka. Maka sungguh, Kami Maha berkuasa untuk menurunkan siksaan atas mereka.”43. Wahai Muhammad, berpegang teguhlah engkau kepada apa yang telah di wahyukan Allah kepadamu. Dengan demikian, sungguh engkau berada di jalan yang lurus.

43.

فَاسْتَمْسِكْ بِالَّذِي أُوحِيَ إِلَيْكَ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ

Fastamsik billazeee oohi ya ilaika innaka 'alaa Siraatim Mustaqeem
Arti:
Maka berpegang teguhlah engkau kepada (agama) yang telah diwahyukan kepadamu. Sungguh, engkau berada di jalan yang lurus.
Tafsir:
Wahai Muhammad, berpegang teguhlah engkau kepada apa yang telah di wahyukan Allah kepadamu. Dengan demikian, sungguh engkau berada di jalan yang lurus.

44.

وَإِنَّهُ لَذِكْرٌ لَّكَ وَلِقَوْمِكَ ۖ وَسَوْفَ تُسْأَلُونَ

Wa innahoo lazikrul laka wa liqawmika wa sawfa tus'aloon
Arti:
Dan sungguh, Al-Qur'an itu benar-benar suatu peringatan bagimu dan bagi kaummu, dan kelak kamu akan diminta pertanggungjawaban.
Tafsir:
Dan ketahuilah wahai Nabi Muhammad, bahwa sesungguhnya Al-Qur’an yang diturunkan kepadamu itu benar-benar suatu peringatan dan pengajaran yang sangat baik bagimu dan bagi kaummu dan semua yang mengikuti tuntunanmu, dan kelak kamu sekalian akan dimintai pertanggungjawaban.

45.

وَاسْأَلْ مَنْ أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رُّسُلِنَا أَجَعَلْنَا مِن دُونِ الرَّحْمَٰنِ آلِهَةً يُعْبَدُونَ

Was'al man arsalnaa min qablika mir Rusulinaaa aja'alnaa min doonir Rahmaani aalihatany yu badoon
Arti:
Dan tanyakanlah (Muhammad) kepada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum engkau, “Apakah Kami menentukan tuhan-tuhan selain (Allah) Yang Maha Pengasih untuk disembah?”
Tafsir:
Dan tanyakanlah, wahai Muhammad, kepada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus kepada umat-umat sebelum engkau, "Apakah Kami menentukan tuhan-tuhan selain Allah Yang Maha Pengasih untuk disembah?" Tentu tidak. Kami hanya menentukan satu Tuhan yang disembah, yaitu Allah Yang Maha Esa.

46.

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مُوسَىٰ بِآيَاتِنَا إِلَىٰ فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِ فَقَالَ إِنِّي رَسُولُ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Wa laqad arsalnaa Moosaa bi aayaatinaaa ilaa Fir'awna wa mala'ihee faqaala innee Rasoolu Rabbil 'aalameen
Arti:
Dan sungguh, Kami telah mengutus Musa dengan membawa mukjizat-mukjizat Kami kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya. Maka dia (Musa) berkata, “Sesungguhnya aku adalah utusan dari Tuhan seluruh alam.”
Tafsir:
Ayat yang lalu berbicara tentang rasul-rasul Allah yang telah diutus sebelum Nabi Muhammad. Ayat ini berbicara tentang Nabi Musa, salah satu dari rasul-rasul itu. Dan sungguh, Kami telah mengutus Musa dengan membawa mukjizat-mukjizat, yakni bukti-bukti kenabian dan kerasulannya serta bukti-bukti kekuasaan Kami, kepada Fir’aun, yang mengaku dirinya sebagai Tuhan, dan pemuka-pemuka kaumnya yang mendukung dan mempertahankan pengakuannya itu. Maka dia, yakni Nabi Musa, berkata, “Sesungguhnya aku adalah utusan dari Tuhan yang telah menciptakan kalian, dan memiliki seluruh alam.”

47.

فَلَمَّا جَاءَهُم بِآيَاتِنَا إِذَا هُم مِّنْهَا يَضْحَكُونَ

Falammma jaaa'ahum bi aayaatinaaa izaa hum minhaa yadhakoon
Arti:
Maka ketika dia (Musa) datang kepada mereka membawa mukjizat-mukjizat Kami, seketika itu mereka menertawakannya.
Tafsir:
Maka ketika dia, yakni Nabi Musa, datang kepada mereka membawa mukjizat-mukjizat Kami itu untuk memperkuat ke rasulannya, seperti tongkatnya yang berubah menjadi ular, seketika itu mereka mengejek dan menertawakannya.

48.

وَمَا نُرِيهِم مِّنْ آيَةٍ إِلَّا هِيَ أَكْبَرُ مِنْ أُخْتِهَا ۖ وَأَخَذْنَاهُم بِالْعَذَابِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Wa maa nureehim min aayatin illaa hiya akbaru min ukhtihaa wa akhaznaahum bil'azaabi la'allahum yarji'oon
Arti:
Dan tidaklah Kami perlihatkan suatu mukjizat kepada mereka kecuali (mukjizat itu) lebih besar dari mukjizat-mukjizat (yang sebelumnya). Dan Kami timpakan kepada mereka azab agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Tafsir:
Dan tidaklah Kami perlihatkan suatu ayat, yaitu tanda kekuasaan Kami, berupa mukjizat kepada mereka kecuali ia lebih besar dari mukjizat-mukjizat yang sebelumnya. Namun demikian, mereka tetap bersikeras dengan sikap dan keyakinan mereka yang enggan menerima kebenaran. Dan akibat dari perbuatan mereka itu Kami timpakan kepada mereka azab duniawi sebagai cobaan dari Kami seperti kekurangan makanan, berjangkitnya hama tumbuh-tumbuhan agar mereka kembali ke jalan yang benar.

49.

وَقَالُوا يَا أَيُّهَ السَّاحِرُ ادْعُ لَنَا رَبَّكَ بِمَا عَهِدَ عِندَكَ إِنَّنَا لَمُهْتَدُونَ

Wa qaaloo yaaa ayyuhas saahirud'u lanaa Rabbaka bimaa 'ahida 'indaka innanaa lamuhtadoon
Arti:
Dan mereka berkata, “Wahai pesihir! Berdoalah kepada Tuhanmu untuk (melepaskan) kami sesuai dengan apa yang telah dijanjikan-Nya kepadamu; sesungguhnya kami (jika doamu dikabulkan) akan menjadi orang yang mendapat petunjuk.”
Tafsir:
Dan setiap ada bencana yang ditimpakan kepada Fir’aun dan kaumnya, mereka berkata, “Wahai pesihir, maksudnya Nabi Musa, berdoalah kepada Tuhanmu untuk mengangkat bencana itu dan melepaskan kami dari bencana yang menimpa kami sesuai dengan apa yang telah dijanjikan-Nya kepadamu; sesungguhnya jika doamu dikabulkan, hai Musa, kami akan menjadi orang yang mendapat petunjuk.”

50.

فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُمُ الْعَذَابَ إِذَا هُمْ يَنكُثُونَ

Falammaa kashafnaa 'anhumul 'azaaba izaa hum yankusoon
Arti:
Maka ketika Kami hilangkan azab itu dari mereka, seketika itu (juga) mereka ingkar janji.
Tafsir:
Maka dengan begitu cepat ketika Kami hilangkan dan hindarkan azab itu dari mereka karena doa yang dimohonkan oleh Nabi Musa itu, seketika itu juga dari waktu ke waktu dan secara terus-menerus mereka ingkar janji.

51.

وَنَادَىٰ فِرْعَوْنُ فِي قَوْمِهِ قَالَ يَا قَوْمِ أَلَيْسَ لِي مُلْكُ مِصْرَ وَهَٰذِهِ الْأَنْهَارُ تَجْرِي مِن تَحْتِي ۖ أَفَلَا تُبْصِرُونَ

Wa naadaa Fir'awnu fee qawmihee qaala yaa qawmi alaisa lee mulku Misra wa haazihil anhaaru tajree min tahtee afalaa tubsiroon
Arti:
Dan Fir‘aun berseru kepada kaumnya (seraya) berkata, “Wahai kaumku! Bukankah kerajaan Mesir itu milikku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku; apakah kamu tidak melihat?
Tafsir:
Dan Fir‘aun dengan penuh kesombongan dan keangkuhan berseru kepada kaumnya seraya berkata, “Wahai kaumku! Bukankah kerajaan Mesir itu milikku sendiri, bukan milik orang lain, dan bukankah sungai-sungai ini yang mengalir di bawah istana-ku juga menjadi milikku dan ke kayaanku; apakah kamu tidak melihat betapa hebatnya aku dan betapa besar ke kuasaanku dan betapa lemahnya Musa?

52.

أَمْ أَنَا خَيْرٌ مِّنْ هَٰذَا الَّذِي هُوَ مَهِينٌ وَلَا يَكَادُ يُبِينُ

Am ana khairum min haazal lazee huwa maheenunw wa laa yuakaadu yubeen
Arti:
Bukankah aku lebih baik dari orang (Musa) yang hina ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan (perkataannya)?
Tafsir:
Bukankah dengan kehebatan, kekayaan, dan kekuasaanku itu aku lebih baik dan lebih tinggi kedudukannya dari orang yang hina ini, yaitu Musa, yang tidak memiliki kekuasaan apa pun dan dia juga adalah orang yang hampir tidak dapat menjelaskan perkataannya dengan kalimat-kalimat yang baik? Tentulah aku lebih baik daripada Musa.

53.

فَلَوْلَا أُلْقِيَ عَلَيْهِ أَسْوِرَةٌ مِّن ذَهَبٍ أَوْ جَاءَ مَعَهُ الْمَلَائِكَةُ مُقْتَرِنِينَ

Falaw laa ulqiya 'alaihi aswiratum min zahabin awjaaa'a ma'ahul malaaa'ikatu muqtarineen
Arti:
Maka mengapa dia (Musa) tidak dipakaikan gelang dari emas atau malaikat datang bersama-sama dia untuk mengiringkannya?”
Tafsir:
Maka kalau memang Musa merupakan utusan Tuhan yang dikirim kepada kami, mengapa dia, yakni Musa, tidak dipakaikan oleh Tuhannya gelang dari emas sebagai identitasnya atau para malaikat datang bersama-sama dia untuk mengiringinya sebagai bentuk dukungan terhadap pengutusannya?”

54.

فَاسْتَخَفَّ قَوْمَهُ فَأَطَاعُوهُ ۚ إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمًا فَاسِقِينَ

Fastakhaffa qawmahoo fa ataa'ooh; innahum kaanoo qawman faasiqeen
Arti:
Maka (Fir‘aun) dengan perkataan itu telah mempengaruhi kaumnya, sehingga mereka patuh kepadanya. Sungguh, mereka adalah kaum yang fasik.
Tafsir:
Maka dia, yakni Fir‘aun, dengan perkataannya itu telah mempengaruhi kaumnya, sehingga mereka patuh kepadanya dan mengakui kekuasaan dan ketuhanannya. Sungguh, mereka adalah kaum yang fasik, yang secara terus-menerus menolak kerasulan Nabi Musa dan menyimpang dari ajaran agama.

55.

فَلَمَّا آسَفُونَا انتَقَمْنَا مِنْهُمْ فَأَغْرَقْنَاهُمْ أَجْمَعِينَ

Falammaaa aasafoonan taqamnaa minhum fa aghraqnaahum ajma'een
Arti:
Maka ketika mereka membuat Kami murka, Kami hukum mereka, lalu Kami tenggelamkan mereka semuanya (di laut),
Tafsir:
Maka ketika mereka, yaitu Fir’aun dan kaumnya, membuat Kami murka karena pernyataan dan sikap mereka yang menentang Nabi Musa sebagai utusan Kami, Kami membalas sikap mereka itu dengan menghukum mereka, lalu Kami tenggelamkan mereka semuanya di Laut Merah,

56.

فَجَعَلْنَاهُمْ سَلَفًا وَمَثَلًا لِّلْآخِرِينَ

Faja'alnaahum salafanw wa masalal lil aakhireen
Arti:
maka Kami jadikan mereka sebagai (kaum) terdahulu dan pelajaran bagi orang-orang yang kemudian.
Tafsir:
Lalu Kami jadikan mereka yang menentang terhadap ajaran-ajaran Allah yang dibawa oleh Nabi Musa dan hukuman yang ditimpakan kepada mereka itu sebagai kaum terdahulu dan pelajaran bagi orang-orang yang datang kemudian.

57.

۞ وَلَمَّا ضُرِبَ ابْنُ مَرْيَمَ مَثَلًا إِذَا قَوْمُكَ مِنْهُ يَصِدُّونَ

Wa lammaa duribab nu Maryama masalan izaa qawmu ka minhu yasidoon
Arti:
Dan ketika putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamaan, tiba-tiba kaummu (Suku Quraisy) bersorak karenanya.
Tafsir:
Setelah menjelaskan bahwa kaum Nabi Musa yang menentang ajaran Allah dan hukuman yang ditimpakan kepada mereka adalah pelajaran bagi orang-orang datang kemudian, Allah lalu menjelaskan pelajaran yang dapat diambil oleh Nabi Muhammad dan umatnya dari kisah Nabi Isa. Dan ketika putra Maryam, yakni Nabi Isa, dijadikan oleh orang-orang musyrik perumpamaan untuk menentang kebenaran ayat-ayat Allah, tiba-tiba kaummu, suku Quraisy wahai Nabi Muhammad bersorak gembira karenanya.

58.

وَقَالُوا أَآلِهَتُنَا خَيْرٌ أَمْ هُوَ ۚ مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلَّا جَدَلًا ۚ بَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُونَ

Wa qaalooo 'a-aalihatunaa khairun am hoo; maa daraboohu laka illaa jadalaa; balhum qawmun khasimoon
Arti:
Dan mereka berkata, “Manakah yang lebih baik tuhan-tuhan kami atau dia (Isa)?” Mereka tidak memberikan (perumpamaan itu) kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar.
Tafsir:
Dan mereka berkata, “Manakah yang lebih baik tuhan-tuhan kami, berupa berhala-berhala yang kami sembah atau dia, yakni Isa?” Mereka tidak memberikannya, yakni perumpamaan itu, kepadamu, Muhammad, melainkan dengan maksud membantah saja, bukan untuk menunjukkan kebenaran keyakinan mereka, tetapi untuk memelesetkan apa yang disampaikan kepada mereka. Bahkan sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar.

59.

إِنْ هُوَ إِلَّا عَبْدٌ أَنْعَمْنَا عَلَيْهِ وَجَعَلْنَاهُ مَثَلًا لِّبَنِي إِسْرَائِيلَ

In huwa illaa 'abdun an'amnaa 'alaihi wa ja'alnaahu masalal li Baneee Israaa'eel
Arti:
Dia (Isa) tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan nikmat (kenabian) kepadanya dan Kami jadikan dia sebagai contoh pelajaran bagi Bani Israil.
Tafsir:
Lalu Allah menunjukkan kepada mereka bahwa dia, yaitu Isa, tidak lain hanyalah seorang hamba, bukan tuhan seperti keyakinan orang-orang Nasrani, yang Kami berikan nikmat ke nabian kepadanya dan Kami jadikan dia sebagai contoh pelajaran yang sangat mengagumkan bagi Bani Israil, baik yang hidup pada masa Isa maupun yang sesudahnya.

60.

وَلَوْ نَشَاءُ لَجَعَلْنَا مِنكُم مَّلَائِكَةً فِي الْأَرْضِ يَخْلُفُونَ

Wa law nashaaa'u laja'alnaa minkum malaaa'ikatan fil ardi yakhlufoon
Arti:
Dan sekiranya Kami menghendaki, niscaya ada di antara kamu yang Kami jadikan malaikat-malaikat (yang turun temurun) sebagai pengganti kamu di bumi.
Tafsir:
Dan sekiranya Kami menghendaki, tetapi Kami tidak menghendaki dan tidak melakukannya, niscaya Kami menjadikan sebahagian di antara kamu malaikat-malaikat yang secara turun temurun dan silih berganti menggantikan kamu di bumi.

61.

وَإِنَّهُ لَعِلْمٌ لِّلسَّاعَةِ فَلَا تَمْتَرُنَّ بِهَا وَاتَّبِعُونِ ۚ هَٰذَا صِرَاطٌ مُّسْتَقِيمٌ

Wa innahoo la'ilmul lis Saa'ati fala tamtarunna bihaa wattabi'oon; haazaa Siraatum Mustaqeem
Arti:
Dan sungguh, dia (Isa) itu benar-benar menjadi pertanda akan datangnya hari Kiamat. Karena itu, janganlah kamu ragu-ragu tentang (Kiamat) itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus.
Tafsir:
Dan sungguh dia, yakni Nabi Isa yang mengagumkan itu yang lahir tanpa ayah, dan dianugerahi kemampuan menghidupkan orang mati serta menyembuhkan berbagai macam penyakit, benar-benar menjadi pertanda akan datangnya hari Kiamat. Karena itu, janganlah kamu ragu-ragu sedikit pun tentang kepastian datangnya hari Kiamat itu dan ikutilah Aku dengan mengikuti ajaran-ajaran yang disampaikan oleh rasul-Ku. Inilah jalan yang lurus yang dapat menyelamatkan kamu dari siksaan-Ku di dunia dan di akhirat.

62.

وَلَا يَصُدَّنَّكُمُ الشَّيْطَانُ ۖ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ

Wa laa yasuddan nakumush Shaitaanu innahoo lakum 'aduwwum mubeen
Arti:
Dan janganlah kamu sekali-kali dipalingkan oleh setan; sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu.
Tafsir:
Dan oleh sebab itu, Allah dengan tegas memperingatkan mereka dengan mengatakan, “Janganlah kamu sekali-kali di palingkan oleh setan dari jalan-Ku yang lurus itu sehingga menyimpang dari ajaran-ajaran-Ku. Sungguh, setan itu merupakan musuh yang nyata bagimu yang selalu membawa kamu kepada kesesatan.”

63.

وَلَمَّا جَاءَ عِيسَىٰ بِالْبَيِّنَاتِ قَالَ قَدْ جِئْتُكُم بِالْحِكْمَةِ وَلِأُبَيِّنَ لَكُم بَعْضَ الَّذِي تَخْتَلِفُونَ فِيهِ ۖ فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ

Wa lammaa jaaa'a 'Eesaa bilbaiyinaati qaala qad ji'tukum bil Hikmati wa li-ubaiyina lakum ba'dal lazee takhtalifoona feehi fattaqul laaha wa atee'oon
Arti:
Dan ketika Isa datang membawa keterangan, dia berkata, “Sungguh, aku datang kepadamu dengan membawa hikmah dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu perselisihkan, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.
Tafsir:
Dan ketika Nabi Isa datang kepada kaumnya, Bani Israil, membawa keterangan yang nyata yang bersumber dari Allah, dia lalu berkata, “Sungguh, aku datang kepadamu, wahai kaumku dengan membawa hikmah, yakni ajaran-ajaran dan hukum-hukum yang bersumber dari Allah yang dapat menyelamatkan kamu dan untuk menjelaskan kepada-mu sebagian dari apa yang kamu perselisihkan dari ajaran-ajaran agama yang di turunkan Allah di dalam Taurat. Maka bertakwalah kamu kepada Allah dengan melaksanakan segala yang di perintahkan-Nya dan meninggalkan larangan-larangan-Nya dan taatlah pula kepadaku dengan mengikuti tuntunan yang aku sampaikan kepadamu.

64.

إِنَّ اللَّهَ هُوَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ ۚ هَٰذَا صِرَاطٌ مُّسْتَقِيمٌ

Innal laaha Huwa Rabbee wa Rabbukum fa'budooh; haaza Siraatum Mustaqeem
Arti:
Sungguh Allah, Dia Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahlah Dia. Ini adalah jalan yang lurus.”
Tafsir:
Sungguh Allah yang kamu takuti, taati, dan patuhi itu, Dialah Tuhanku dan Tuhanmu yang telah menciptakan aku dan kamu dan telah memberikan berbagai nikmat kepadaku dan kepadamu, maka sembahlah Dia satu-satunya, jangan menyekutukan Dia dengan yang lain. Ini adalah jalan yang lurus yang dapat menyelamatkan kamu dari siksaan-Nya yang amat pedih.”

65.

فَاخْتَلَفَ الْأَحْزَابُ مِن بَيْنِهِمْ ۖ فَوَيْلٌ لِّلَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْ عَذَابِ يَوْمٍ أَلِيمٍ

Fakhtalafal ahzaabu mim bainihim fawailul lillazeena zalamoo min 'azaabi Yawmin aleem
Arti:
Tetapi golongan-golongan (yang ada) saling berselisih di antara mereka; maka celakalah orang-orang yang zalim karena azab pada hari yang pedih (Kiamat).
Tafsir:
Akan tetapi, golongan-golongan yang ada saling berselisih di antara mereka mengenai pribadi Nabi Isa yang agung dan hamba Allah yang lahir tanpa ayah itu. Maka, celakalah orang-orang yang zalim itu karena perselisihan mereka dan mengingkari Isa sebagai utusan Allah dan menentang ajaran agama yang dibawanya karena azab hari yang amat pedih pada hari Kiamat kelak.

66.

هَلْ يَنظُرُونَ إِلَّا السَّاعَةَ أَن تَأْتِيَهُم بَغْتَةً وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ

Hal yanzuroona illas Saa'ata an taatiyahum baghtatanw wa hum laa yash'uroon
Arti:
Apakah mereka hanya menunggu saja kedatangan hari Kiamat yang datang kepada mereka secara mendadak sedang mereka tidak menyadarinya?
Tafsir:
Dengan pembangkangan mereka untuk mengakui Nabi Isa sebagai rasul Allah dan pengingkaran mereka terhadap ajaran-Nya, lalu Allah mengatakan bahwa apakah mereka dengan keadaan yang demikian itu hanya menunggu saja kedatangan hari Kiamat yang datang kepada mereka secara mendadak, tanpa mereka mengetahui sebelumnya, sedang mereka tidak menyadarinya karena mereka selalu sibuk dengan pertengkaran mereka?

67.

الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ

Al akhillaaa'u Yawma'izim ba'duhum liba'din 'aduwwun illal muttaqeen
Arti:
Teman-teman karib pada hari itu saling bermusuhan satu sama lain, kecuali mereka yang bertakwa.
Tafsir:
Teman-teman karib pada hari Kiamat itu sebagian mereka menjadi musuh bagi yang lainnya karena hubungan pertemanan mereka terjalin atas dasar kezaliman, tidak atas dasar kebaikan dan kemaslahatan, kecuali orang-orang yang bertakwa yang tidak saling bermusuhan karena pertemanan dan persahabatan mereka terjalin atas dasar ketaatan kepada Allah.

68.

يَا عِبَادِ لَا خَوْفٌ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ وَلَا أَنتُمْ تَحْزَنُونَ

Yaa 'ibaadi laa khawfun 'alaikumul Yawma wa laaa antum tahzanoon
Arti:
”Wahai hamba-hamba-Ku! Tidak ada ketakutan bagimu pada hari itu dan tidak pula kamu bersedih hati.
Tafsir:
Allah telah menggambarkan dalam ayat-ayat yang lalu tentang keadaan Bani Israil yang memperoleh azab yang amat pedih di hari Kiamat karena ke zaliman mereka. Selanjutnya, Allah menggambarkan ke nikmatan yang akan di peroleh oleh orang-orang saleh di dalam surga. “Wahai hamba-hamba-Ku yang mengikuti jalan-Ku yang lurus! Tidak ada ketakutan bagimu pada hari Kiamat itu dan tidak pula kamu bersedih hati dalam menghadapi keadaan apa pun pada hari itu.

69.

الَّذِينَ آمَنُوا بِآيَاتِنَا وَكَانُوا مُسْلِمِينَ

Allazeena aamanoo bi Aayaatinaa wa kaanoo muslimeen
Arti:
(Yaitu) orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami dan mereka berserah diri.
Tafsir:
Orang-orang yang tidak takut dan tidak bersedih hati itu ialah orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami yang tertulis yang dibawa oleh para rasul utusan Kami serta yang terhampar di alam ini, dan mereka berserah diri dengan sepenuhnya kepada Allah dengan melaksanakan ajaran-ajaran-Nya.

70.

ادْخُلُوا الْجَنَّةَ أَنتُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ تُحْبَرُونَ

Udkhulul Jannata antum wa azwaajukum tuhbaroon
Arti:
Masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan pasanganmu akan digembirakan.”
Tafsir:
Di hari Kiamat kelak kami akan memerintahkan mereka, "Masuklah kamu semua ke dalam surga, kamu dan pasangan-pasanganmu, yaitu suami atau istrimu yang berserah diri kepada Allah dengan sepenuhnya itu akan selalu di gembirakan dengan segala pelayanan dan ke nikmatan surga yang sangat menyenangkan.”

71.

يُطَافُ عَلَيْهِم بِصِحَافٍ مِّن ذَهَبٍ وَأَكْوَابٍ ۖ وَفِيهَا مَا تَشْتَهِيهِ الْأَنفُسُ وَتَلَذُّ الْأَعْيُنُ ۖ وَأَنتُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

Yutaafu 'alaihim bishaa fim min zahabinw wa akwaab, wa feehaa maatashtaheehil anfusu wa talazzul a'yunu wa antum feehaa khaalidoon
Arti:
Kepada mereka diedarkan piring-piring dan gelas-gelas dari emas, dan di dalam surga itu terdapat apa yang diingini oleh hati dan segala yang sedap (dipandang) mata. Dan kamu kekal di dalamnya.
Tafsir:
Di dalam surga nanti kepada mereka yang beriman dan bertakwa itu diedarkan piring-piring dari emas yang berisi aneka macam makanan yang lezat dan juga gelas-gelas minum yang berisi aneka macam minuman yang lezat, dan di dalamnya, yakni di dalam surga itu terdapat apa saja yang di ingini oleh hati dan segala yang sedap di pandang mata. Dan kamu sekalian, wahai orang-orang yang bertakwa dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, akan menjadi orang-orang yang kekal di dalamnya.

72.

وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

Wa tilkal jannatul lateee ooristumoohaa bimaa kuntum ta'maloon
Arti:
Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal perbuatan yang telah kamu kerjakan.
Tafsir:
Dan itulah surga dengan segala ke nikmatan yang kamu dapatkan di dalamnya yang di wariskan atau di anugerahkan kepada kamu di sebabkan karena amal-amal perbuatan baik yang senantiasa telah kamu kerjakan sewaktu kamu berada di dunia dahulu.

73.

لَكُمْ فِيهَا فَاكِهَةٌ كَثِيرَةٌ مِّنْهَا تَأْكُلُونَ

Lakum feehaa faakihatun kaseeratum minhaa taakuloon
Arti:
Di dalam surga itu terdapat banyak buah-buahan untukmu yang sebagiannya kamu makan.
Tafsir:
Di dalam surga itu terdapat banyak buah-buahan yang lezat rasanya dan beraneka macam rupanya. Semua itu di siapkan untukmu, namun hanya sebagiannya yang dapat kamu makan karena begitu banyaknya sehingga kamu tidak mampu menghabiskannya.

74.

إِنَّ الْمُجْرِمِينَ فِي عَذَابِ جَهَنَّمَ خَالِدُونَ

Innal mujrimeena fee 'azaabi jahannama khaalidoon
Arti:
Sungguh, orang-orang yang berdosa itu kekal di dalam azab neraka Jahanam.
Tafsir:
Apa yang telah di sebutkan pada ayat-ayat sebelumnya merupakan balasan bagi orang-orang yang beriman, bertakwa, dan menyerahkan diri secara tulus kepada Allah. Sebaliknya, pada ayat-ayat berikut digambarkan balasan bagi orang-orang yang berdosa. Sungguh, orang-orang yang berdosa itu, yakni yang melanggar aturan-aturan Allah, kekal di dalam azab neraka Jahanam sebagai balasan atas amal jahat yang mereka lakukan.

75.

لَا يُفَتَّرُ عَنْهُمْ وَهُمْ فِيهِ مُبْلِسُونَ

Laa yufattaru 'anhum wa hum feehi mublisoon
Arti:
Tidak diringankan (azab) itu dari mereka, dan mereka berputus asa di dalamnya.
Tafsir:
Azab neraka yang di timpakan kepada mereka itu tidak akan di ringankan dan di kurangi sedikit pun dari mereka. Karena azab dan siksa yang diterimanya itu, mereka selamanya berputus asa di dalamnya karena mereka tidak dapat melepaskan diri dari siksaan itu.

76.

وَمَا ظَلَمْنَاهُمْ وَلَٰكِن كَانُوا هُمُ الظَّالِمِينَ

Wa maa zalamnaahum wa laakin kaanoo humuz zaalimeen
Arti:
Dan tidaklah Kami menzalimi mereka, tetapi merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri.
Tafsir:
Dan dengan siksaan yang mereka dapatkan itu, tidaklah Kami menzalimi atau menganiaya mereka sedikit pun, tetapi merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri sehingga mereka mendapatkan azab itu.

77.

وَنَادَوْا يَا مَالِكُ لِيَقْضِ عَلَيْنَا رَبُّكَ ۖ قَالَ إِنَّكُم مَّاكِثُونَ

Wa naadaw yaa Maaliku liyaqdi 'alainaa Rabbuka qaala innakum maakisson
Arti:
Dan mereka berseru, “Wahai (Malaikat) Malik! Biarlah Tuhanmu mematikan kami saja.” Dia menjawab, “Sungguh, kamu akan tetap tinggal (di neraka ini).”
Tafsir:
Dan ketika para pendosa itu mendapatkan siksaan yang amat pedih di dalam neraka, mereka berseru kepada Malaikat Malik yang memimpin penjaga neraka dengan berkata, “Wahai malaikat Malik! Biarlah Tuhanmu, yaitu dengan memohon kepada-Nya agar Dia mematikan kami saja karena kalau kami sudah di matikan, kami tidak akan merasakan lagi siksaan yang amat pedih ini.” Dia, yakni malaikat Malik, menjawab, “Sungguh, kamu tidak akan dimatikan oleh Allah, dan kamu akan tetap tinggal di neraka ini untuk merasakan siksaan yang amat pedih ini.”

78.

لَقَدْ جِئْنَاكُم بِالْحَقِّ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَكُمْ لِلْحَقِّ كَارِهُونَ

Laqad ji'naakum bilhaqqi wa laakinna aksarakum lilhaqqi kaarihoon
Arti:
Sungguh, Kami telah datang membawa kebenaran kepada kamu tetapi kebanyakan di antara kamu benci pada kebenaran itu.
Tafsir:
Ayat-ayat yang lalu menggambarkan siksaan yang amat pedih yang di rasakan di dalam neraka oleh orang-orang yang kafir terhadap wahyu-wahyu Allah. Ayat berikut menggambarkan pengingkaran orang-orang Mekah terhadap kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah. Allah berfirman, “Sesungguhnya Kami melalui rasul yang telah Kami utus dan wahyu-wahyu yang Kami turunkan benar-benar telah membawa kebenaran yang amat sempurna kepada kamu yang bersumber dari Kami, tetapi kebanyakan di antara kamu benar-benar benci pada kebenaran itu sehingga kamu tidak mau mempercayainya.

79.

أَمْ أَبْرَمُوا أَمْرًا فَإِنَّا مُبْرِمُونَ

Am abramooo amran fainnaa mubrimoon
Arti:
Ataukah mereka telah merencanakan suatu tipu daya (jahat), maka sesungguhnya Kami telah berencana (mengatasi tipu daya mereka).
Tafsir:
Penduduk Mekah itu sebenarnya tidak hanya membenci kebenaran yang di bawa oleh rasul Kami itu, tetapi bahkan mereka telah merencanakan dengan mantap suatu tipu daya jahat untuk membendung dan menghalangi penyebaran ajaran Islam, menganiaya para pembela agama itu, dan bahkan merencanakan pembunuhan terhadap rasul Kami. Apa yang mereka rencanakan itu tidak akan Kami biarkan, maka untuk itu sesungguhnya Kami telah berencana dengan sangat baik dan rapi untuk mengalahkan dan mengatasi semua tipu daya mereka.”

80.

أَمْ يَحْسَبُونَ أَنَّا لَا نَسْمَعُ سِرَّهُمْ وَنَجْوَاهُم ۚ بَلَىٰ وَرُسُلُنَا لَدَيْهِمْ يَكْتُبُونَ

Am yahsaboona annaa laa nasma'u sirrahum wa najwaahum; balaa wa Rusulunaa ladaihim yaktuboon
Arti:
Ataukah mereka mengira, bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan bisikan-bisikan mereka? Sebenarnya (Kami mendengar), dan utusan-utusan Kami (malaikat) selalu mencatat di sisi mereka.
Tafsir:
Dalam keadaan demikian, Allah mengajukan pertanyaan yang berisi kecaman atas rencana mereka dengan mengatakan, “Apakah mereka mengira bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan bisikan-bisikan mereka? Apa yang mereka duga itu merupakan suatu kekeliruan yang amat besar karena sebenarnya Kami mendengar semua yang mereka rencanakan itu, dan utusan-utusan Kami, yakni malaikat yang mencatat amal baik dan buruk selalu mencatat di sisi mereka apa yang mereka niatkan, katakan, dan kerjakan.

81.

قُلْ إِن كَانَ لِلرَّحْمَٰنِ وَلَدٌ فَأَنَا أَوَّلُ الْعَابِدِينَ

Qul in kaana lir Rahmaani walad; fa-ana awwalul 'aabideen
Arti:
Katakanlah (Muhammad), “Jika benar Tuhan Yang Maha Pengasih mempunyai anak, maka akulah orang yang mula-mula memuliakan (anak itu).
Tafsir:
Pada ayat-ayat yang lalu, Allah menggambarkan pengingkaran orang-orang kafir Mekah terhadap kebenaran yang di bawa oleh Nabi Muhammad. Pada ayat ini, Allah menggambarkan bantahan terhadap kepercayaan mereka bahwa Tuhan mempunyai anak. “Katakanlah, wahai Muhammad, "Jika benar dan terbukti bahwa Tuhan Yang Maha Pengasih mempunyai anak, seperti yang kamu duga, maka akulah orang yang mula-mula memuliakan anak itu." Akan tetapi, ternyata apa yang mereka duga itu tidak terbukti.

82.

سُبْحَانَ رَبِّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ

Subhaana Rabbis samaawaati wal ardi Rabbil Arshi 'ammaa yasifoon
Arti:
Mahasuci Tuhan pemilik langit dan bumi, Tuhan pemilik ‘Arsy, dari apa yang mereka sifatkan itu.”
Tafsir:
Mahasuci Tuhan pemelihara langit dan bumi, Tuhan pemilik ‘Arsy, dari segala kekurangan, Mahasuci Allah Yang Maha Esa dari apa yang mereka sifatkan itu.

83.

فَذَرْهُمْ يَخُوضُوا وَيَلْعَبُوا حَتَّىٰ يُلَاقُوا يَوْمَهُمُ الَّذِي يُوعَدُونَ

Fazarhum yakhoodoo wa yal'aboo hattaa yulaaqoo Yawmahumul lazee yoo'adoon
Arti:
Maka biarkanlah mereka tenggelam (dalam kesesatan) dan bermain-main sampai mereka menemui hari yang dijanjikan kepada mereka.
Tafsir:
Jika mereka tetap bersikeras dengan kesesatan itu, maka biarkanlah mereka, wahai Nabi Muhammad, tenggelam dalam kesesatannya dan bermain-main dengan kesesatan yang mereka yakini itu sampai mereka menemui hari yang di janjikan kepada mereka, yakni hari Kiamat di mana mereka akan mempertanggungjawabkan semua amal yang telah mereka lakukan.

84.

وَهُوَ الَّذِي فِي السَّمَاءِ إِلَٰهٌ وَفِي الْأَرْضِ إِلَٰهٌ ۚ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْعَلِيمُ

Wa Huwal lazee fissamaaa'i Ilaahunw wa fil ardi Ilaah; wa Huwal Hakeemul'Aleem
Arti:
Dan Dialah Tuhan (yang disembah) di langit dan Tuhan (yang disembah) di bumi dan Dialah Yang Mahabijaksana, Maha Mengetahui.
Tafsir:
Dan Dialah Tuhan Yang Mahasuci dari segala kekurangan, Dialah Tuhan yang disembah di langit dan Dia pulalah Tuhan yang disembah di bumi dan Dialah Yang Mahabijaksana terhadap semua yang di ciptakan-Nya, Maha Mengetahui terhadap segala sesuatu yang nyata maupun yang tersembunyi.

85.

وَتَبَارَكَ الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَعِندَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

Wa tabaarakal lazee lahoo mulkus samaawaati wal ardi wa maa bainahumaa wa 'indahoo 'ilmus Saa'ati wa ilaihi turja'oon
Arti:
Dan Mahasuci (Allah) yang memiliki kerajaan langit dan bumi, dan apa yang ada di antara keduanya; dan di sisi-Nyalah ilmu tentang hari Kiamat dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.
Tafsir:
Dan Mahasuci Allah yang keberkatan dan kebajikan-Nya amat banyak, Dia merupakan pemilik kerajaan langit dan bumi, dan juga pemilik apa yang ada di antara keduanya, baik yang diketahui oleh manusia maupun yang tersembunyi dari mereka. Dan, di sisi-Nyalah ilmu tentang segala keadaan yang menyangkut hari Kiamat dan hanya kepada-Nyalah kamu di kembalikan untuk mempertanggungjawabkan semua amal yang telah di lakukan.

86.

وَلَا يَمْلِكُ الَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِهِ الشَّفَاعَةَ إِلَّا مَن شَهِدَ بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ

Wa laa yamlikul lazeena yad'oona min doonihish shafaa'ata illaa man shahida bilhaqqi wa hum ya'lamoon
Arti:
Dan orang-orang yang menyeru kepada selain Allah tidak mendapat syafaat (pertolongan di akhirat); kecuali orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini.
Tafsir:
Dan Allah menegaskan bahwa orang-orang yang menyeru kepada selain Allah dan menyembah selain-Nya, baik berhala, maupun malaikat, manusia, atau siapa pun tidak mendapat sedikit pun syafaat, yakni pertolongan di akhirat, kecuali orang yang menyaksikan dan mengakui yang hak (tauhid), yakni yang mengesakan Allah dan mereka meyakini apa yang mereka saksikan dan akui itu.

87.

وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ ۖ فَأَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ

Wa la'in sa altahum man khalaqahum la yaqoolun nallaahu fa annaa yu'fakoon
Arti:
Dan jika engkau bertanya kepada mereka, “Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab, “Allah,” jadi bagaimana mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah),”
Tafsir:
Dan jika engkau, wahai Nabi Muhammad, bertanya kepada mereka, yakni kaum musyrik Mekah mengenai siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab bahwa yang menciptakan mereka adalah Allah. Jadi, bagaimana mereka dapat dipalingkan dari menyembah Allah pada hal mereka mengakui Allah sebagai pencipta mereka, dan Allah mengetahui ucapan mereka itu dan,

88.

وَقِيلِهِ يَا رَبِّ إِنَّ هَٰؤُلَاءِ قَوْمٌ لَّا يُؤْمِنُونَ

Wa qeelihee yaa Rabbi inna haa'ulaaa'i qawmul laa yu'minoon
Arti:
dan (Allah mengetahui) ucapannya (Muhammad), “Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka itu adalah kaum yang tidak beriman.”
Tafsir:
ucapannya, yakni ucapan Nabi Muhammad ketika mengadu kepada Allah dengan mengatakan, “Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka itu adalah kaum yang tidak beriman kepada-Mu dan kepada apa yang diturunkan untuk mereka.

89.

فَاصْفَحْ عَنْهُمْ وَقُلْ سَلَامٌ ۚ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ

Fasfah 'anhum wa qul salaam; fasawfa ya'lamoon
Arti:
Maka berpalinglah dari mereka dan katakanlah, “Salam (selamat tinggal).” Kelak mereka akan mengetahui (nasib mereka yang buruk).
Tafsir:
Allah menyambut pengaduan Nabi Muhammad dengan berfirman, “Maka berpalinglah dari mereka, wahai Nabi Muhammad, dan katakanlah kepada mereka, ‘Salam (selamat tinggal).’ Kelak di dunia ini atau di akhirat nanti, mereka akan mengetahui nasib mereka yang buruk, berupa azab yang amat pedih.1. Hà Mìm