1.

ص ۚ وَالْقُرْآنِ ذِي الذِّكْرِ

Saaad; wal-Qur-aani ziz zikr
Arti:
Shad, demi Al-Qur'an yang mengandung peringatan.
Tafsir:
Pada ayat terakhir Surah as-Sàffàt Allah menjelaskan perjuangan Rasulullah dan sahabat dalam menegakkan ajaran tauhid. Meski mendapat tantangan besar, tetapi dengan kesabaran dan kegigihan mereka akhirnya memperoleh kemenangan. Tema itu dilanjutkan dengan pembicaraan pada awal surah ini yang menegaskan bahwa upaya orang kafir menghalangi tersebarnya ajaran tauhid pasti berakhir dengan kehancuran. Allah memulai surah ini dengan fawatih as-suwar "Sad" untuk menarik perhatian lawan bicara supaya memperhatikan dengan seksama pesan-pesan yang akan disampaikan. Demi Al-Qur'an yang mengandung peringatan, memiliki kedudukan yang mulia, dan mengandung hukum-hukum yang sempurna.

2.

بَلِ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي عِزَّةٍ وَشِقَاقٍ

Balil lazeena kafaroo fee 'izzatilnw wa shiqaaq
Arti:
Tetapi orang-orang yang kafir (berada) dalam kesombongan dan permusuhan.
Tafsir:
Sekalipun mengetahui kedudukan Al-Qur’an, tetapi orang-orang yang kafir tetap dalam kesombongan mereka dengan mengingkari wahyu dan menampakkan permusuhan terhadap Rasulullah dan ajaran yang disampaikannya. Mereka berbuat demikian salah satunya karena mereka menialai ajaran Nabi mengancam eksistensi agama nenek moyang mereka dan patung sesembahan mereka.

3.

كَمْ أَهْلَكْنَا مِن قَبْلِهِم مِّن قَرْنٍ فَنَادَوا وَّلَاتَ حِينَ مَنَاصٍ

Kam ahlaknaa min qablihim min qarnin fanaadaw wa laata heena manaas
Arti:
Betapa banyak umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan, lalu mereka meminta tolong padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk lari melepaskan diri.
Tafsir:
Kami telah mengingatkan melalui Nabi Muhammad betapa banyak umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan akibat kesombongan dan keingkaran terhadap utusan Allah, lalu mereka meminta tolong pada saat azab itu datang, padahal waktu itu bukanlah saat yang tepat untuk meminta pertolongan dan mereka tidak bisa lari melepaskan diri dari siksa itu (Lihat pula: Surah Gàfir/40: 84).

4.

وَعَجِبُوا أَن جَاءَهُم مُّنذِرٌ مِّنْهُمْ ۖ وَقَالَ الْكَافِرُونَ هَٰذَا سَاحِرٌ كَذَّابٌ

Wa 'ajibooo an jaaa'a hum munzirum minhum wa qaalal kaafiroona haazaa saahirun kazzaab
Arti:
Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata, “Orang ini adalah pesihir yang banyak berdusta.”
Tafsir:
Kami utus Nabi Muhammad kepada penduduk Mekah dan mereka yang ingkar merasa heran karena mereka kedatangan seorang rasul pemberi peringatan yang tidak lain berasal dari kalangan mereka sendiri; dan karena keingkaran yang begitu dalam kepada Rasulullah, orang-orang kafir berkata, “Orang ini adalah penyihir yang banyak berdusta.” Mereka berkata demikian karena apa yang disampaikan oleh Nabi tidak sesuai dengan apa yang mereka inginkan.

5.

أَجَعَلَ الْآلِهَةَ إِلَٰهًا وَاحِدًا ۖ إِنَّ هَٰذَا لَشَيْءٌ عُجَابٌ

Aja'alal aalihata Ilaahanw Waahidan inna haazaa lashai'un 'ujaab
Arti:
Apakah dia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan yang satu saja? Sungguh, ini benar-benar sesuatu yang sangat mengherankan.
Tafsir:
Ketika Nabi mengajak mereka menyembah dan mengesakan Allah, mereka menjawab dengan penuh keingkaran, “Apakah dia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan yang satu saja? Sungguh, ini benar-benar sesuatu yang sangat mengherankan. Kami, kabilah-kabilah Arab, mempunyai tuhan masing-masing.”

6.

وَانطَلَقَ الْمَلَأُ مِنْهُمْ أَنِ امْشُوا وَاصْبِرُوا عَلَىٰ آلِهَتِكُمْ ۖ إِنَّ هَٰذَا لَشَيْءٌ يُرَادُ

Wantalaqal mala-u minhum anim shoo wasbiroo 'alaaa aalihatikum innna haazaa lashai 'uny yuraad
Arti:
Lalu pergilah pemimpin-pemimpin mereka (seraya berkata), “Pergilah kamu dan tetaplah (menyembah) tuhan-tuhanmu, sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki.
Tafsir:
Mendengar ajakan Nabi untuk beratuhid, lalu pergilah pemimpin-pemimpin mereka menghampiri kaum masing-masing seraya berkata, “Pergilah kamu dan tetaplah menyembah tuhan-tuhanmu sendiri. Sesungguhnya ajakan bertauhid ini benar-benar hanyalah suatu hal yang dikehendaki oleh Muhammad terhadap kita agar dia bisa menjadi pemimpin.

7.

مَا سَمِعْنَا بِهَٰذَا فِي الْمِلَّةِ الْآخِرَةِ إِنْ هَٰذَا إِلَّا اخْتِلَاقٌ

Maa sami'naa bihaazaa fil millatil aakhirati in haazaaa illakh tilaaq
Arti:
Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir; ini (mengesakan Allah), tidak lain hanyalah (dusta) yang diada-adakan,
Tafsir:
Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir, yaitu Nasrani, yang meyakini ajaran trinitas. Ajaran tauhid ini tidak lain hanyalah kedustaan yang diada-adakan oleh Muhammad.

8.

أَأُنزِلَ عَلَيْهِ الذِّكْرُ مِن بَيْنِنَا ۚ بَلْ هُمْ فِي شَكٍّ مِّن ذِكْرِي ۖ بَل لَّمَّا يَذُوقُوا عَذَابِ

'A-unzila 'alaihiz zikru mim baininaa; bal hum fee shakkim min Zikree bal lammaa yazooqoo 'azaab
Arti:
mengapa Al-Qur'an itu diturunkan kepada dia di antara kita?” Sebenarnya mereka ragu-ragu terhadap Al-Qur'an-Ku, tetapi mereka belum merasakan azab(-Ku).
Tafsir:
Mengapa Al-Qur’an itu diturunkan kepada Muhammad padahal dia berasal dari kalangan jelata, bukan kepada orang terpandang di antara kita?” (Lihat pula: Surah az-Zukhruf/43: 31). Allah menegaskan, “Sebenarnya mereka ragu-ragu terhadap Al-Qur’an yang turun dari sisi-Ku karena kedengkian hati mereka, tetapi mereka belum merasakan azab-Ku atas keingkaran mereka. Kelak mereka pasti akan merasakannya."

9.

أَمْ عِندَهُمْ خَزَائِنُ رَحْمَةِ رَبِّكَ الْعَزِيزِ الْوَهَّابِ

Am'indahum khazaaa 'inu rahmati Rabbikal 'Azeezil Wahhab
Arti:
Atau apakah mereka itu mempunyai perbendaharaan rahmat Tuhanmu Yang Mahaperkasa, Maha Pemberi?]
Tafsir:
"Atau apakah mereka yang kafir itu ingkar karena mempunyai perbendaharaan rahmat Tuhanmu Yang Mahaperkasa lagi Maha Pemberi sehingga merasa punya kekuatan untuk ikut menentukan kehendak Allah?" (Lihat pula: Surah al-An‘àm/6: 124).

10.

أَمْ لَهُم مُّلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا ۖ فَلْيَرْتَقُوا فِي الْأَسْبَابِ

Am lahum mulkus samaawaati wal ardi wa maa bainahumaa falyartaqoo fil asbaab
Arti:
Atau apakah mereka mempunyai kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya? (Jika ada), maka biarlah mereka menaiki tangga-tangga (ke langit).
Tafsir:
"Atau apakah mereka mendustakan Nabi Muhammad karena merasa mempunyai kerajaan dan kekuasaan di langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya? Jika tidak, semestinya mereka tidak mencampuri urusan Allah dalam menentukan seseorang menjadi rasul karena Dialah yang memiliki wewenang mutlak untuk itu. Jika tetap ingkar maka biarlah mereka menaiki tangga-tangga menuju langit guna menghalangi turunnya wahyu Kami kepada Rasulullah."

11.

جُندٌ مَّا هُنَالِكَ مَهْزُومٌ مِّنَ الْأَحْزَابِ

Jundum maa hunaalika mahzoomum minal Ahzaab
Arti:
(Mereka itu) kelompok besar bala tentara yang berada di sana yang akan dikalahkan.
Tafsir:
Mereka yang ingkar itu laksana kelompok besar bala tentara yang berada di suatu tempat sana yang akan dikalahkan oleh kelompok kecil yang memiliki keyakinan kuat dan keteguhan iman. Mereka kalah karena perjuangan mereka tidak didasari keyakinan yang kukuh, melain-kan rasa iri dan kesombongan.

12.

كَذَّبَتْ قَبْلَهُمْ قَوْمُ نُوحٍ وَعَادٌ وَفِرْعَوْنُ ذُو الْأَوْتَادِ

Kazzabat qablahum qawmu Lootinw-wa 'Aadunw wa Fir'awnu zul awtaad
Arti:
Sebelum mereka itu, kaum Nuh, ‘Ad dan Fir’aun yang mempunyai bala tentara yang banyak, juga telah mendustakan (rasul-rasul),
Tafsir:
Kebenaran pasti akan menang melawan kebatilan, dan hal itu terbukti dengan hancurnya para penentang nabi-nabi terdahulu. Bila kaum musyrik Mekah mendustakan Nabi Muhammad maka sebelum mereka itu kaum Nabi Nuh, ‘Ad, dan Fir’aun yang mempunyai bala tentara yang banyak juga telah mendustakan rasul-rasul Allah. Musuh Nabi Nuh dihancurkan dengan banjir besar, kaum ‘Ad dengan angin kencang, dan Fir’aun ditenggelamkan di laut Merah.

13.

وَثَمُودُ وَقَوْمُ لُوطٍ وَأَصْحَابُ الْأَيْكَةِ ۚ أُولَٰئِكَ الْأَحْزَابُ

Wa Samoodu wa qawmu Lootinw wa Ashaabul 'Aykah; ulaaa'ikal Ahzaab
Arti:
dan (begitu juga) Samud, kaum Lut dan penduduk Aikah. Mereka itulah golongan-golongan yang bersekutu (menentang rasul-rasul).
Tafsir:
Dan seperti halnya kaum Nabi Nuh, ‘Ad, dan Fir’aun, kaum Samud, kaum Nabi Lut, dan penduduk Aikah, yakni kaum Nabi Syuaib, pun mendustakan para rasul mereka. Kaum Samud dihancurkan dengan suara menggelegar, kaum Nabi Lut dengan hujan batu, dan penduduk Aikah dengan kilat yang menyambar. Mereka itulah golongan-golongan yang bersekutu dalam menyembah berhala dan berbuat kejahatan.

14.

إِن كُلٌّ إِلَّا كَذَّبَ الرُّسُلَ فَحَقَّ عِقَابِ

In kullun illaa kazzabar Rusula fahaqqa 'iqaab
Arti:
Semua mereka itu mendustakan rasul-rasul, maka pantas mereka merasakan azab-Ku.
Tafsir:
Semua mereka itu mendustakan seruan rasul-rasul Allah, maka pantas mereka merasakan azab-Ku sehingga mereka pun hancur.

15.

وَمَا يَنظُرُ هَٰؤُلَاءِ إِلَّا صَيْحَةً وَاحِدَةً مَّا لَهَا مِن فَوَاقٍ

Wa maa yanzuru haaa ulaaa'i illaa saihatanw waahidatam maa lahaa min fawaaq
Arti:
Dan sebenarnya yang mereka tunggu adalah satu teriakan saja, yang tidak ada selanya.
Tafsir:
Dan apabila kaum musyrik Mekah dan umat-umat durhaka terdahulu itu tetap dalam keingkaran mereka, maka sebenarnya yang mereka tunggu adalah satu teriakan saja yang tidak ada selanya. Itulah teriakan sebagai tanda datangnya hari Kiamat—teriakan yang sangat keras dan cepat.

16.

وَقَالُوا رَبَّنَا عَجِّل لَّنَا قِطَّنَا قَبْلَ يَوْمِ الْحِسَابِ

Wa qaaloo Rabbanaa 'ajjil lanaa qittanaa qabla Yawmil Hisaab
Arti:
Dan mereka berkata, “Ya Tuhan kami, segerakanlah azab yang diperuntukkan bagi kami sebelum hari perhitungan.”
Tafsir:
Dan mereka dengan nada sinis dan penuh keingkaran berkata, “Ya Tuhan kami, segerakanlah azab yang diperuntukkan bagi kami sebelum hari perhitungan.” Dengan ucapan ini mereka bermaksud memperolok Nabi yang menyampaikan bahwa ancaman yang Allah tujukan kepada mereka adalah azab di hari Kiamat (Lihat pula: Surah al-Anfàl/8: 32)

17.

اصْبِرْ عَلَىٰ مَا يَقُولُونَ وَاذْكُرْ عَبْدَنَا دَاوُودَ ذَا الْأَيْدِ ۖ إِنَّهُ أَوَّابٌ

Isbir 'alaa maa yaqooloona wazkur 'abdanaa Daawooda zal aidi aidi innahooo awwaab
Arti:
Bersabarlah atas apa yang mereka katakan; dan ingatlah akan hamba Kami Dawud yang mempunyai kekuatan; sungguh dia sangat taat (kepada Allah).
Tafsir:
Allah meminta Nabi bersabar dalam menghadapi keingkaran orang-orang musyrik, sebagaimana nabi-nabi terdahulu juga menghadapi rintangan yang sama. Bersabarlah wahai Nabi Muhammad atas apa yang mereka katakan dan tuduhkan kepadamu bahwa kamu adalah pendusta dan penyihir. Dan ingatlah akan kisah seorang hamba sebelum kamu yang Kami utus, yaitu Nabi Dawud, yang mempunyai kekuatan dalam memahami dan menjalankan ajaran agama. Sungguh dia sangat taat dan selalu mengembalikan urusannya kepada Allah. Bila merasa bersalah, ia pun segera minta ampun kepada Allah.

18.

إِنَّا سَخَّرْنَا الْجِبَالَ مَعَهُ يُسَبِّحْنَ بِالْعَشِيِّ وَالْإِشْرَاقِ

Innaa sakhkharnal jibaala ma'ahoo yusabbihna bil'ashaiyi wal ishraaq
Arti:
Sungguh, Kamilah yang menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama dia (Dawud) pada waktu petang dan pagi,
Tafsir:
Karena ketaatan Nabi Dawud, sungguh Kami telah menganugerahinya beberapa kenikmatan. Kamilah yang menundukkan gunung-gunung yang kukuh untuk senantiasa bertasbih dan beribadah bersama dia pada waktu petang dan pagi.

19.

وَالطَّيْرَ مَحْشُورَةً ۖ كُلٌّ لَّهُ أَوَّابٌ

Wattayra mahshoorah; kullul lahooo awwaab
Arti:
dan (Kami tundukkan pula) burung-burung dalam keadaan terkumpul. Masing-masing sangat taat (kepada Allah).
Tafsir:
Kami tundukkan pula baginya burung-burung untuk bertasbih bersamanya dalam keadaan terkumpul maupun terbang. Burung-burung itu ikut bertasbih begitu mendengar suara Nabi Dawud yang merdu bertasbih dan melantunkan kitab Zabur. Masing-masing dari gunung-gunung dan burung-burung itu sangat taat kepada Allah.

20.

وَشَدَدْنَا مُلْكَهُ وَآتَيْنَاهُ الْحِكْمَةَ وَفَصْلَ الْخِطَابِ

Wa shadadnaa mulkahoo wa aatainaahul Hikmata wa faslal khitaab
Arti:
Dan Kami kuatkan kerajaannya dan Kami berikan hikmah kepadanya serta kebijaksanaan dalam memutuskan perkara.
Tafsir:
Dan Kami kuatkan kerajaannya dengan kewibawaan, tentara yang banyak, kekayaan yang berlimpah, dan kepiawaiannya mengatur strategi perang. Dan Kami berikan hikmah kepadanya berupa kenabian, kesempurnaan ilmu, dan ketelitian dalam berbuat serta pemahaman yang tepat (Lihat pula: Surah Saba’/34: 10–11), dan kebijaksanaan dalam memutuskan perkara dengan menunjukkan bukti-bukti yang akurat.

21.

۞ وَهَلْ أَتَاكَ نَبَأُ الْخَصْمِ إِذْ تَسَوَّرُوا الْمِحْرَابَ

Wa hal ataaka naba'ul khasm; iz tasawwarul mihraab
Arti:
Dan apakah telah sampai kepadamu berita orang-orang yang berselisih ketika mereka memanjat dinding mihrab?
Tafsir:
Dan apakah telah sampai kepadamu, wahai Nabi Muhammad, suatu berita tentang orang-orang yang berselisih saat Nabi Dawud sedang berada di tempat peribadatan, ketika mereka datang dengan cara memanjat dinding mihrab?

22.

إِذْ دَخَلُوا عَلَىٰ دَاوُودَ فَفَزِعَ مِنْهُمْ ۖ قَالُوا لَا تَخَفْ ۖ خَصْمَانِ بَغَىٰ بَعْضُنَا عَلَىٰ بَعْضٍ فَاحْكُم بَيْنَنَا بِالْحَقِّ وَلَا تُشْطِطْ وَاهْدِنَا إِلَىٰ سَوَاءِ الصِّرَاطِ

Iz dakhaloo 'alaa Daawooda fafazi'a minhum qaaloo la takhaf khasmaani baghaa ba'dunaa 'alaa ba'din fahkum bainanaaa bilhaqqi wa laa tushtit wahdinaaa ilaa Sawaaa'is Siraat
Arti:
ketika mereka masuk menemui Dawud lalu dia terkejut karena (kedatangan) mereka. Mereka berkata, “Janganlah takut! (Kami) berdua sedang berselisih, sebagian dari kami berbuat zalim kepada yang lain; maka berilah keputusan di antara kami secara adil dan janganlah menyimpang dari kebenaran serta tunjukilah kami ke jalan yang lurus.
Tafsir:
Ketika itu, mereka masuk untuk menemui Nabi Dawud lalu dia terkejut karena kedatangan mereka yang tak terduga itu dan mengira mereka hendak berbuat tidak baik kepadanya. Mereka berkata untuk menenangkan hatinya, “Janganlah takut! Wahai Nabi Dawud, kami berdua sedang berselisih tentang suatu perkara; sebagian dari kami berbuat zalim kepada yang lain, maka berilah keputusan di antara kami secara adil dan janganlah menyimpang dari kebenaran serta tunjukilah kami ke jalan yang lurus dan benar.

23.

إِنَّ هَٰذَا أَخِي لَهُ تِسْعٌ وَتِسْعُونَ نَعْجَةً وَلِيَ نَعْجَةٌ وَاحِدَةٌ فَقَالَ أَكْفِلْنِيهَا وَعَزَّنِي فِي الْخِطَابِ

Inna haazaaa akhee lahoo tis'unw wa tis'oona na'jatanw wa liya na'jatunw waahidah; faqaala akfilneeha wa 'azzanee filkhitaab
Arti:
Sesungguhnya saudaraku ini mempunyai sembilan puluh sembilan ekor kambing betina dan aku mempunyai seekor saja, lalu dia berkata, “Serahkanlah (kambingmu) itu kepadaku! Dan dia mengalahkan aku dalam perdebatan.”
Tafsir:
Berusaha menjelaskan duduk perkara, salah satu dari kedua orang itu mengatakan, “Sesungguhnya saudaraku ini mempunyai sembilan puluh sembilan ekor kambing betina dan aku mempunyai seekor kambing betina saja, lalu dia berkata kepadaku sambil menuntut, ‘Serahkanlah kambing betinamu itu kepadaku!’ Dan dia mengalahkan aku karena aku tidak mempunyai dalih yang kuat dalam perdebatan itu.”

24.

قَالَ لَقَدْ ظَلَمَكَ بِسُؤَالِ نَعْجَتِكَ إِلَىٰ نِعَاجِهِ ۖ وَإِنَّ كَثِيرًا مِّنَ الْخُلَطَاءِ لَيَبْغِي بَعْضُهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَقَلِيلٌ مَّا هُمْ ۗ وَظَنَّ دَاوُودُ أَنَّمَا فَتَنَّاهُ فَاسْتَغْفَرَ رَبَّهُ وَخَرَّ رَاكِعًا وَأَنَابَ ۩

Qaala laqad zalamaka bisu 'aali na'jatika ilaa ni'aajihee wa inna kaseeram minal khulataaa'i la-yabghee ba'duhum 'alaa ba'din illal lazeena aamanoo wa 'amilus saalihaati wa qaleehum maa hum; wa zanna Daawoodu annamaa fatannaahu fastaghrara Rabbahoo wa kharra raaki'anw wa anaab
Arti:
Dia (Dawud) berkata, “Sungguh, dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk (ditambahkan) kepada kambingnya. Memang banyak di antara orang-orang yang bersekutu itu berbuat zalim kepada yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; dan hanya sedikitlah mereka yang begitu.” Dan Dawud menduga bahwa Kami mengujinya; maka dia memohon ampunan kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertobat.
Tafsir:
Nabi Dawud menyimak aduan pria itu, lalu dia memberi keputusan seraya berkata, “Sungguh, dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya sehingga kambingnya bertambah banyak. Memang banyak di antara orang-orang yang bersekutu itu berbuat zalim kepada yang lain karena pihak yang lemah tidak memiliki bukti yang menguatkan perkaranya. Banyak yang berbuat zalim, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan yang menjunjung tinggi keadilan, dan hanya sedikitlah mereka yang begitu.” Dan setelah memberi putusan berdasarkan aduan sepihak itu, Nabi Dawud sadar dan menduga bahwa Kami mengujinya; maka dia segera memohon ampunan kepada Tuhannya atas kekeliruannya, lalu dia menyungkur sujud dan bertobat.

25.

فَغَفَرْنَا لَهُ ذَٰلِكَ ۖ وَإِنَّ لَهُ عِندَنَا لَزُلْفَىٰ وَحُسْنَ مَآبٍ

Faghafarnaa lahoo zaalik; wa inna lahoo 'indanaa lazulfaa wa husna ma aab
Arti:
Lalu Kami mengampuni (kesalahannya) itu. Dan sungguh, dia mempunyai kedudukan yang benar-benar dekat di sisi Kami dan tempat kembali yang baik.
Tafsir:
Setelah Nabi Dawud meminta ampun dan bertobat kepada Allah, lalu Kami mengampuni kesalahan yang ia sadari itu. Dan lantaran ke-sadaran dan ketajaman nuraninya sungguh, dia mempunyai kedudukan yang benar-benar dekat di sisi Kami dan berhak mendapatkan tempat kembali yang baik, surga yang penuh kenikmatan.

26.

يَا دَاوُودُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ فَاحْكُم بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَىٰ فَيُضِلَّكَ عَن سَبِيلِ اللَّهِ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَن سَبِيلِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ

Yaa Daawoodu innaa ja'alnaaka khaleefatan fil ardi fahkum bainan naasi bilhaqqi wa laa tattabi'il hawaa fayudillaka 'an sabeelil laah; innal lazeena yadilloona 'an sabeelil laah; lahum 'azaabun shadeedum bimaa nasoo Yawmal Hisaab
Arti:
(Allah berfirman), “Wahai Dawud! Sesungguhnya engkau Kami jadikan khalifah (penguasa) di bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Sungguh, orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.”
Tafsir:
Karena ketaatan, kebijaksanaan, dan ilmunya yang luas, Allah memilih Nabi Dawud sebagai khalifah, “Wahai Nabi Dawud! Sesungguhnya engkau telah Kami jadikan khalifah dan penguasa di bumi. Karena itu, hiasilah kekuasaanmu dengan kesopanan dan tunduk pada aturan Kami. Maka berilah keputusan tentang suatu perkara yang terjadi di antara manusia dengan adil dan mengacu pada wahyu Kami, dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu dalam menjalankan amanah Kami karena hawa nafsu akan menyesatkan engkau dari jalan Allah dan menggiringmu jauh dari kebenaran.” Sungguh, orang-orang yang sesat dari jalan Allah akibat mengikuti hawa nafsu akan mendapat azab yang berat dan pedih di akhirat. Yang demikian itu karena mereka melupakan hari perhitungan, hari ketika perbuatan manusia dihisab. Ayat ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin harus bersikap adil, amanah, dan mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.

27.

وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاءَ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا بَاطِلًا ۚ ذَٰلِكَ ظَنُّ الَّذِينَ كَفَرُوا ۚ فَوَيْلٌ لِّلَّذِينَ كَفَرُوا مِنَ النَّارِ

Wa ma khalaqnas samaaa'a wal arda wa maa bainahumaa baatilaa; zaalika zannul lazeena kafaroo; fawi lul lillazeena kafaroo minan Naar
Arti:
Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dengan sia-sia. Itu anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang yang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.
Tafsir:
Usai menegaskan adanya hari perhitungan, Allah beralih menjelas-kan bukti-bukti kekuasaan-Nya di jagat raya. Dan sungguh, Kami tidak serta-merta menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, seperti bintang, matahari, dan bulan, dengan sia-sia dan tanpa manfaat tertentu (Lihat pula: Surah ad-Dukhàn/44: 38–39). Itu semua adalah anggapan orang-orang kafir yang tidak memercayai kekuasaan Allah, maka celakalah orang-orang yang kafir itu karena mereka akan masuk ke neraka yang telah Allah persiapkan untuk mereka.

28.

أَمْ نَجْعَلُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَالْمُفْسِدِينَ فِي الْأَرْضِ أَمْ نَجْعَلُ الْمُتَّقِينَ كَالْفُجَّارِ

Am naj'alul lazeena aamanoo wa 'amilus saalihaati kalmufisdeena fil ardi am naj'alul muttaqeena kalfujjaar
Arti:
Pantaskah Kami memperlakukan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di bumi? Atau pantaskah Kami menganggap orang-orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang jahat?
Tafsir:
Allah menegaskan perbedaan perlakuan-Nya kepada orang beriman dan orang kafir. Pantaskah Kami memperlakukan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta percaya akan keesaan Kami sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di bumi dan tidak mau mengikuti petunjuk Kami? Atau pantaskah Kami menganggap orang-orang yang bertakwa dan patuh pada perintah Kami sama dengan orang-orang yang jahat, ingkar, dan sombong?

29.

كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِّيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ

Kitaabun anzalnaahu ilaika mubaarakul liyaddabbarooo Aayaatihee wa liyatazakkara ulul albaab
Arti:
Kitab (Al-Qur'an) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran.
Tafsir:
Wahai Nabi Muhammad, sesungguhnya kitab Al-Qur’an yang telah Kami turunkan kepadamu adalah kitab yang penuh berkah. Kami menurunkannya agar mereka menghayati dan memahami ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat menggunakan akal budinya untuk mendapat pelajaran darinya dan mengamalkan kandungannya.

30.

وَوَهَبْنَا لِدَاوُودَ سُلَيْمَانَ ۚ نِعْمَ الْعَبْدُ ۖ إِنَّهُ أَوَّابٌ

Wa wahabnaa li Daawooda Sulaimaan; ni'mal 'abd; innahoo awwaab
Arti:
Dan kepada Dawud Kami karuniakan (anak bernama) Sulaiman; dia adalah sebaik-baik hamba. Sungguh, dia sangat taat (kepada Allah).
Tafsir:
Dan tidak hanya anugerah ilmu pengetahuan dan kenabian, kepada Nabi Dawud Kami karuniakan pula seorang putra yang mengikuti jejak dan perjuangannya, yaitu Nabi Sulaiman. Dia adalah sebaik-baik hamba yang selalu beribadah dan bersyukur. Sungguh, dia sangat taat pada perintah Allah.

31.

إِذْ عُرِضَ عَلَيْهِ بِالْعَشِيِّ الصَّافِنَاتُ الْجِيَادُ

Iz 'urida 'alaihi bil'ashiy yis saafinaatul jiyaad
Arti:
(Ingatlah) ketika pada suatu sore dipertunjukkan kepadanya (kuda-kuda) yang jinak, (tetapi) sangat cepat larinya,
Tafsir:
Ingatlah karunia kami kepada Nabi Sulaiman, yaitu ketika pada suatu sore, antara asar dan magrib, dipertunjukkan kepadanya kekayaan dan kuda-kuda yang jinak dan tangkas serta memiliki kaki yang kuat sehingga sangat cepat larinya,

32.

فَقَالَ إِنِّي أَحْبَبْتُ حُبَّ الْخَيْرِ عَن ذِكْرِ رَبِّي حَتَّىٰ تَوَارَتْ بِالْحِجَابِ

Faqaala inneee ahbabtu hubbal khairi 'an zikri Rabbee hattaa tawaarat bilhijaab
Arti:
maka dia berkata, “Sesungguhnya aku menyukai segala yang baik (kuda), yang membuat aku ingat akan (kebesaran) Tuhanku, sampai matahari terbenam.”
Tafsir:
maka ketika itu dia berkata, “Sesungguhnya aku menyukai segala sesuatu yang baik, yaitu kuda dan harta kekayaan, yang membuat aku selalu ingat akan kebesaran Tuhanku.” Nabi Sulaiman menyaksikan dan mengawasi pertunjukan itu sampai matahari terbenam.

33.

رُدُّوهَا عَلَيَّ ۖ فَطَفِقَ مَسْحًا بِالسُّوقِ وَالْأَعْنَاقِ

Ruddoohaa 'alaiya fatafiqa masham bissooqi wal a'naaq
Arti:
”Bawalah semua kuda itu kembali kepadaku.” Lalu dia mengusap-usap kaki dan leher kuda itu.
Tafsir:
Lalu Nabi Sulaiman berkata kepada pelatih kuda, “Bawalah semua kuda itu kembali kepadaku.” Lalu dia pun mengusap-usap kaki dan leher kuda itu sebagai wujud syukurnya kepada Allah.

34.

وَلَقَدْ فَتَنَّا سُلَيْمَانَ وَأَلْقَيْنَا عَلَىٰ كُرْسِيِّهِ جَسَدًا ثُمَّ أَنَابَ

Wa laqad fatannaa Sulaimaana wa alqainaa 'alaa kursiyyihee jasadan summa anaab
Arti:
Dan sungguh, Kami telah menguji Sulaiman dan Kami jadikan (dia) tergeletak di atas kursinya sebagai tubuh (yang lemah karena sakit), kemudian dia bertobat.
Tafsir:
Dan Kami tidak hanya mencurahkan karunia kepada Nabi Sulaiman. Sungguh, Kami pun telah menguji Nabi Sulaiman dengan penyakit yang menyebabkan hilangnya kekuatan yang dimilikinya, dan karena itu Kami jadikan dia hanya mampu tergeletak di atas kursinya sebagai tubuh yang lemah tak berdaya, kemudian dia pun menyadari kelalaiannya dan bertobat kepada Allah.

35.

قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لَّا يَنبَغِي لِأَحَدٍ مِّن بَعْدِي ۖ إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ

Qaala Rabbigh fir lee wa hab lee mulkal laa yambaghee li ahadim mim ba'de inaka Antal Wahhab
Arti:
Dia berkata, “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh siapa pun setelahku. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Pemberi.”
Tafsir:
Dalam tobatnya dia berkata, “Ya Tuhanku, ampunilah aku dari dosa-dosaku yang menyebabkan Engkau menimpakan cobaan ini kepadaku, dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan agung yang tidak akan dimiliki oleh siapa pun setelahku. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Pemberi lagi Maha Pemurah.”

36.

فَسَخَّرْنَا لَهُ الرِّيحَ تَجْرِي بِأَمْرِهِ رُخَاءً حَيْثُ أَصَابَ

Fasakhkharnaa lahur reeha tajree bi amrihee rukhaaa'an haisu asaab
Arti:
Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut perintahnya ke mana saja yang dikehendakinya,
Tafsir:
Allah menerima tobat dan doa Nabi Sulaiman, kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berembus dengan baik maupun dengan kencang menurut perintahnya, berembus ke mana saja yang dikehendakinya sehingga dia dapat menempuh perjalanan jauh hanya dalam sekejap.

37.

وَالشَّيَاطِينَ كُلَّ بَنَّاءٍ وَغَوَّاصٍ

Wash Shayaateena kulla bannaaa'inw wa ghawwaas
Arti:
dan (Kami tundukkan pula kepadanya) setan-setan, semuanya ahli bangunan dan penyelam,
Tafsir:
Dan Kami tundukkan pula untuknya setan-setan dan jin-jin, semuanya ahli bangunan dan penyelam. Mereka ahli membangun istana, gedung megah, tempat peribadatan, bahkan hiasan dari keramik seperti patung, cawan, teko, dan sebagainya; serta ahli mengambil berbagai perhiasan dari dasar laut, seperti mutiara dan marjan. Mereka tekun bekerja (Lihat pula: Surah al-Anbiyà’/21: 81–82; Saba’/34: 12–13),

38.

وَآخَرِينَ مُقَرَّنِينَ فِي الْأَصْفَادِ

Wa aakhareena muqarraneena fil asfaad
Arti:
dan (setan) yang lain yang terikat dalam belenggu.
Tafsir:
dan adapun setan yang lain yang tidak mematuhi perintahnya, mereka terikat dalam belenggu sehingga tidak mengganggu mereka yang bekerja.

39.

هَٰذَا عَطَاؤُنَا فَامْنُنْ أَوْ أَمْسِكْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Haazaa 'ataaa'unaa famnun aw amsik bighairi hisaab
Arti:
Inilah anugerah Kami; maka berikanlah (kepada orang lain) atau tahanlah (untuk dirimu sendiri) tanpa perhitungan.
Tafsir:
Kami berikan kepada Nabi Sulaiman kerajaan, kekayaan, dan kekuasaan yang tidak Kami berikan kepada siapa pun sesudahnya. Inilah anugerah Kami yang agung kepadamu, wahai Nabi Sulaiman; maka berikanlah sebagian dari karunia itu kepada orang lain atau tahanlah untuk dirimu sendiri, tanpa perhitungan dan tuntutan atasmu sebagai aturan yang Kami khususkan untukmu.

40.

وَإِنَّ لَهُ عِندَنَا لَزُلْفَىٰ وَحُسْنَ مَآبٍ

Wa inna lahoo 'indanaa lazulfaa wa husna ma-aab
Arti:
Dan sungguh, dia mempunyai kedudukan yang dekat pada sisi Kami dan tempat kembali yang baik.
Tafsir:
Dan sungguh, Allah telah mengabulkan doanya dan memberi dia kemuliaan di dunia dengan mempunyai kedudukan yang dekat pada sisi Kami dan tempat kembali yang baik, yaitu surga.

41.

وَاذْكُرْ عَبْدَنَا أَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الشَّيْطَانُ بِنُصْبٍ وَعَذَابٍ

Wazkur 'abdanaaa Ayyoob; iz naada Rabbahooo annee massaniyash Shaitaanu binus binw wa 'azaab
Arti:
Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika dia menyeru Tuhannya, “Sesungguhnya aku diganggu setan dengan penderitaan dan bencana.”
Tafsir:
Cerita tentang Nabi Dawud dan Sulaiman yang diberi berbagai kenikmatan oleh Allah diikuti oleh kisah tentang Nabi Ayyub yang hidupnya penuh ujian dan cobaan. Dan ingatlah, wahai Nabi Muhammad, akan kisah salah seorang hamba Kami, yaitu Nabi Ayyub, yang sangat sabar dan taat kepada Allah. Dan ingatlah ketika dia mendapat ujian dan cobaan dari Allah, dia menyeru dan berdoa kepada Tuhannya, “Sesungguhnya aku diganggu setan dengan penderitaan, sakit menahun, dan bencana yang besar dengan hilangnya harta kekayaan dan anak keturunanku. Aku mengadu kepada-Mu karena Engkau Maha Penyayang." (Lihat pula: Surah al-Anbiyà’/21: 83).

42.

ارْكُضْ بِرِجْلِكَ ۖ هَٰذَا مُغْتَسَلٌ بَارِدٌ وَشَرَابٌ

Urkud birijlika haaza mughtasalum baaridunw wa sharaab
Arti:
Allah berfirman), “Hentakkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum.”
Tafsir:
Menjawab doa Nabi Ayyub, Allah berfirman, “Hentakkanlah kakimu!” Dia pun menuruti perintah Tuhannya, lalu dari bawah telapak kakinya muncul sebuah mata air. Dikatakan kepadanya, “Inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum. Minum dan mandilah dengan airnya, niscaya Allah akan menghilangkan penderitaan dan bencana darimu.”

43.

وَوَهَبْنَا لَهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُم مَّعَهُمْ رَحْمَةً مِّنَّا وَذِكْرَىٰ لِأُولِي الْأَلْبَابِ

Wa wahabnaa lahoo ahlahoo wa mislahum ma'ahum rahmatam minna wa zikraa li ulil albaab
Arti:
Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan Kami lipatgandakan jumlah mereka, sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang berpikiran sehat.
Tafsir:
Kami sembuhkan penyakit Nabi Ayyub dan setelah itu Kami anugerahi dia kebahagiaan berkumpul kembali bersama keluarganya yang lama terpisah dan Kami lipatgandakan jumlah mereka sehingga keluarga serta pengikutnya bertambah banyak. Kami anugerahkan hal itu sebagai rahmat dari Kami bagi orang yang berbuat baik dan sabar dalam menerima cobaan, dan sebagai pelajaran bagi orang-orang yang berpikiran sehat serta meyakini kemurahan dan rahmat Allah.

44.

وَخُذْ بِيَدِكَ ضِغْثًا فَاضْرِب بِّهِ وَلَا تَحْنَثْ ۗ إِنَّا وَجَدْنَاهُ صَابِرًا ۚ نِّعْمَ الْعَبْدُ ۖ إِنَّهُ أَوَّابٌ

Wa khuz biyadika dighsan fadrib bihee wa laa tahnas, innaa wajadnaahu saabiraa; ni'mal 'abd; innahooo awwaab
Arti:
Dan ambillah seikat (rumput) dengan tanganmu, lalu pukullah dengan itu dan janganlah engkau melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sungguh, dia sangat taat (kepada Allah).
Tafsir:
Nabi Ayyub pernah bersumpah akan memukul istrinya akibat kelalaiannya dalam merawat beliau. Allah mengizinkan beliau untuk melaksanakan sumpah itu tanpa mendatangkan rasa sakit berlebih kepada istrinya. Untuk itu Allah berfirman, “Dan ambillah seikat rumput dengan tanganmu, lalu pukullah istrimu sekali saja dengan itu dan janganlah engkau melanggar sumpah yang pernah kauucapkan.” Sesungguhnya Kami dapati dia sebagai seorang yang sabar dan ikhlas dalam menghadapi cobaan. Dialah sebaik-baik hamba yang tidak pernah putus asa. Sungguh, dia sangat taat dalam melaksanakan perintah Kami. Ujian dan cobaan bisa menimpa siapa saja. Jika hal itu dihadapi dengan sabar, tawakal, dan berusaha secara maksimal, niscaya Allah akan mengganti dengan imbalan lebih banyak, bahkan terkadang tidak terduga.

45.

وَاذْكُرْ عِبَادَنَا إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ أُولِي الْأَيْدِي وَالْأَبْصَارِ

Wazkur 'ibaadanaaa Ibraaheema wa Is-haaqa wa Ya'qooba ulil-aydee walabsaar
Arti:
Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishak dan Yakub yang mempunyai kekuatan-kekuatan yang besar dan ilmu-ilmu (yang tinggi).
Tafsir:
Demikianlah kisah Nabi Ayyub, salah satu nabi dari garis keturunan Nabi Ishak bin Ibrahim. Seperti halnya Nabi Ayyub, ketabahan dan kesabaran juga ditunjukkan oleh leluhurnya. Dan ingatlah hamba-hamba Kami yang taat melaksanakan perintah Allah, tabah menerima cobaan dan ujian, dan sabar menghadapi umatnya, yaitu Nabi Ibrahim, Ishak, dan Yakub. Mereka mempunyai kekuatan-kekuatan yang besar dan ilmu-ilmu agama. Dengan kekuatan mereka memimpin umat dan melaksanakan perintah-perintah Allah, dan dengan ilmu agama yang luas mereka membimbing orang lain.

46.

إِنَّا أَخْلَصْنَاهُم بِخَالِصَةٍ ذِكْرَى الدَّارِ

Innaaa akhlasnaahum bi khaalisatin zikrad daar
Arti:
Sungguh, Kami telah menyucikan mereka dengan (menganugerahkan) akhlak yang tinggi kepadanya yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat.
Tafsir:
Sungguh, Kami anugerahi mereka karunia yang besar itu karena Kami telah menyucikan jiwa mereka dengan sifat-sifat terpuji dan akhlak yang tinggi kepadanya, yaitu selalu mengingatkan umatnya kepada negeri akhirat yang kekal dan penuh kenikmatan bagi hamba-hamba yang saleh.

47.

وَإِنَّهُمْ عِندَنَا لَمِنَ الْمُصْطَفَيْنَ الْأَخْيَارِ

Wa innahum 'indanaa laminal mustafainal akhyaar
Arti:
Dan sungguh, di sisi Kami mereka termasuk orang-orang pilihan yang paling baik.
Tafsir:
Dan sungguh, di sisi Kami mereka termasuk orang-orang pilihan yang paling baik dan mulia di antara manusia lain, sehingga Kami pilih mereka sebagai nabi dan rasul.

48.

وَاذْكُرْ إِسْمَاعِيلَ وَالْيَسَعَ وَذَا الْكِفْلِ ۖ وَكُلٌّ مِّنَ الْأَخْيَارِ

Wazkur Ismaa'eela wal Yasa'a wa Zal-Kifli wa kullum minal akhyaar
Arti:
Dan ingatlah Ismail, Ilyasa‘ dan Zulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik.
Tafsir:
Dan ingatlah, wahai Nabi Muhammad, kisah moyang bangsa Arab, yaitu Nabi Ismail bin Ibrahim; Nabi Ilyasa‘ bin Akhtub dan Nabi Zulkifli putra paman Nabi Ilyasa’—nabi-nabi dari Bani Israil. Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik yang dipilih Allah untuk membimbing kaumnya menuju ketaatan kepada Allah dan menjauhi kemusyrikan.

49.

هَٰذَا ذِكْرٌ ۚ وَإِنَّ لِلْمُتَّقِينَ لَحُسْنَ مَآبٍ

Haazaa zikr; wa inna lilmuttaqeena lahusna ma aab
Arti:
Ini adalah kehormatan (bagi mereka). Dan sungguh, bagi orang-orang yang bertakwa (disediakan) tempat kembali yang terbaik,
Tafsir:
Setelah menjelaskan kisah para nabi penyampai risalah, Allah beralih menguraikan imbalan bagi orang-orang yang mengikuti risalah mereka. Al-Qur’an ini adalah kehormatan bagi mereka yang berharap petunjuk-Nya. Dan sungguh, Allah meyediakan bagi orang-orang yang bertakwa kepada-Nya tempat kembali yang terbaik di akhirat.

50.

جَنَّاتِ عَدْنٍ مُّفَتَّحَةً لَّهُمُ الْأَبْوَابُ

Jannaati 'adnim mufat tahatal lahumul abwaab
Arti:
(yaitu) surga ’Adn yang pintu-pintunya terbuka bagi mereka,
Tafsir:
Itulah surga ‘Adn, tempat tinggal yang kekal yang pintu-pintunya terbuka lebar bagi mereka, menyambut kedatangan mereka.

51.

مُتَّكِئِينَ فِيهَا يَدْعُونَ فِيهَا بِفَاكِهَةٍ كَثِيرَةٍ وَشَرَابٍ

Muttaki'eena feehaa yad'oona feehaa bifaakihatin kaseeratinw wa sharaab
Arti:
di dalamnya mereka bersandar (di atas dipan-dipan) sambil meminta buah-buahan yang banyak dan minuman (di surga itu).
Tafsir:
Di dalamnya mereka bersandar di atas dipan-dipan sambil meminta suguhan berupa buah-buahan yang banyak dan minuman dengan berbagai jenis dan rasa.

52.

۞ وَعِندَهُمْ قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ أَتْرَابٌ

Wa 'indahum qaasiraatut tarfi atraab
Arti:
dan di samping mereka (ada bidadari-bidadari) yang redup pandangannya dan sebaya umurnya.
Tafsir:
Dan di samping mereka ada bidadari-bidadari cantik dan sopan yang redup pandangannya, setia pada pasangannya, dan mereka semua sebaya umurnya.

53.

هَٰذَا مَا تُوعَدُونَ لِيَوْمِ الْحِسَابِ

Haaza maa too'odoona li Yawmil Hisaab
Arti:
Inilah apa yang dijanjikan kepadamu pada hari perhitungan.
Tafsir:
Inilah apa yang dijanjikan Allah kepadamu pada hari perhitungan, hari ketika manusia dibangkitkan dari kubur lalu diarak ke padang mahsyar dan diadili di hadapan Allah.

54.

إِنَّ هَٰذَا لَرِزْقُنَا مَا لَهُ مِن نَّفَادٍ

Inna haazaa larizqunaa maa lahoo min nafaad
Arti:
Sungguh, inilah rezeki dari Kami yang tidak ada habis-habisnya.
Tafsir:
Sungguh, karunia besar dan mulia inilah rezeki dari Kami yang tidak ada habis-habisnya dan tidak pula berkurang. Kami berikan karunia itu kepada hamba-hamba yang taat dan berbakti.

55.

هَٰذَا ۚ وَإِنَّ لِلطَّاغِينَ لَشَرَّ مَآبٍ

Haazaa; wa inna littaagheena lasharra ma-aab
Arti:
Beginilah (keadaan mereka). Dan sungguh, bagi orang-orang yang durhaka pasti (disediakan) tempat kembali yang buruk,
Tafsir:
Bila Allah menyediakan surga beserta segala kenikmatan di dalamnya bagi orang yang taat, maka Allah menyediakan jahanam bagi orang yang durhaka terhadap risalah Allah. Beginilah karunia Allah kepada orang-orang yang bertakwa. Dan sungguh, bagi orang-orang yang durhaka terhadap perintah Allah dan rasul-Nya di dunia pasti di akhirat nanti disediakan tempat kembali yang buruk.

56.

جَهَنَّمَ يَصْلَوْنَهَا فَبِئْسَ الْمِهَادُ

Jahannama yaslawnahaa fai'sal mihaad
Arti:
(yaitu) neraka Jahanam yang mereka masuki; maka itulah seburuk-buruk tempat tinggal.
Tafsir:
Itulah neraka Jahanam, tempat tinggal yang kelak akan mereka masuki; maka Jahanam itulah seburuk-buruk tempat tinggal.

57.

هَٰذَا فَلْيَذُوقُوهُ حَمِيمٌ وَغَسَّاقٌ

Haazaa falyazooqoohu hameemunw wa ghassaaq
Arti:
Inilah (azab neraka), maka biarlah mereka merasakannya, (minuman mereka) air yang sangat panas dan air yang sangat dingin,
Tafsir:
Inilah azab yang Allah janjikan kepada para pendurhaka, maka biarlah mereka merasakannya dan mengetahui betapa pedih azab itu. Inilah air mendidih yang sangat panas dan membakar mulut, kerongkongan, serta usus mereka, dan air yang sangat dingin, yaitu nanah busuk dingin yang mengalir dari tubuh-tubuh penghuni neraka,

58.

وَآخَرُ مِن شَكْلِهِ أَزْوَاجٌ

Wa aakharu min shak liheee azwaaj
Arti:
dan berbagai macam (azab) yang lain yang serupa itu.
Tafsir:
dan di samping itu ada berbagai macam azab yang lain yang serupa pedihnya dengan azab itu.

59.

هَٰذَا فَوْجٌ مُّقْتَحِمٌ مَّعَكُمْ ۖ لَا مَرْحَبًا بِهِمْ ۚ إِنَّهُمْ صَالُو النَّارِ

Haazaa fawjum muqtahimum ma'akum laa marhabam bihim; innahum saalun Naar
Arti:
(Dikatakan kepada mereka), “Ini rombongan besar (pengikut-pengikutmu) yang masuk berdesak-desak bersama kamu (ke neraka).” Tidak ada ucapan selamat datang bagi mereka karena sesungguhnya mereka akan masuk neraka (kata pemimpin-pemimpin mereka).
Tafsir:
Saat segolongan penghuni neraka memasukinya, dikatakan kepada mereka yang telah masuk neraka lebih dulu, “Ini rombongan besar pengikut-pengikutmu yang dahulu mau mengikuti ajakanmu menuju kedurhakaan. Mereka akan masuk dan berdesak-desak bersama kamu di neraka.” Mereka yang masuk neraka lebih dulu berkata, “Tidak ada ucapan selamat datang apalagi penghormatan bagi mereka di neraka ini, karena sesungguhnya mereka akan masuk neraka dan disiksa bersama kami akibat perbuatan buruk yang mereka lakukan.” (Lihat pula: Surah az-Zumar/38: 71–72).

60.

قَالُوا بَلْ أَنتُمْ لَا مَرْحَبًا بِكُمْ ۖ أَنتُمْ قَدَّمْتُمُوهُ لَنَا ۖ فَبِئْسَ الْقَرَارُ

Qaaloo bal antum laa marhabam bikum; antum qaddamtumoohu lanaa fabi'sal qaraar
Arti:
(Para pengikut mereka menjawab), “Sebenarnya kamulah yang (lebih pan-tas) tidak menerima ucapan selamat datang, karena kamulah yang menjerumuskan kami ke dalam azab, maka itulah seburuk-buruk tempat menetap.”
Tafsir:
Kelompok pengikut yang hendak masuk neraka itu menjawab “Sebenarnya kamulah yang lebih pantas untuk tidak menerima ucapan selamat datang dan penghormatan, karena kamulah yang menjerumuskan kami ke dalam azab neraka dengan mengajak kami berbuat dosa dan menghindari petunjuk Allah.” Maka neraka itulah seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kembali mereka.

61.

قَالُوا رَبَّنَا مَن قَدَّمَ لَنَا هَٰذَا فَزِدْهُ عَذَابًا ضِعْفًا فِي النَّارِ

Qaaloo Rabbanaa man qaddama lanaa haaza fazidhu 'azaaban di'fan fin Naar
Arti:
Mereka berkata (lagi), “Ya Tuhan kami, barangsiapa menjerumuskan kami ke dalam (azab) ini, maka tambahkanlah azab kepadanya dua kali lipat di dalam neraka.”
Tafsir:
Demikianlah sergahan kelompok pengikut. Mereka berkata lagi seraya memohon kepada Allah, “Ya Tuhan kami, barang siapa mengajak kami memilih jalan kesesatan dan menjerumuskan kami ke dalam azab yang pedih dan berat ini, maka tambahkanlah azab kepadanya dua kali lipat di dalam neraka dan timpakanlah laknat yang besar atas mereka." (Lihat pula: Surah al-A‘ràf/7: 38; al-Ahzàb/33: 67–68).

62.

وَقَالُوا مَا لَنَا لَا نَرَىٰ رِجَالًا كُنَّا نَعُدُّهُم مِّنَ الْأَشْرَارِ

Wa qaaloo ma lanaa laa naraa rijaalan kunnaa na'udduhum minal ashraar
Arti:
Dan (orang-orang durhaka) berkata, “Mengapa kami tidak melihat orang-orang yang dahulu (di dunia) kami anggap sebagai orang-orang yang jahat (hina).
Tafsir:
Para pendurhaka itu lalu berbicara dan saling bertanya-tanya seraya berkata, “Me-ngapa kami tidak melihat orang-orang yang di dunia dahulu kami anggap sebagai orang-orang yang jahat, hina, buruk, dan bodoh, seperti Bilal, Suhaib, dan Ammar?”

63.

أَتَّخَذْنَاهُمْ سِخْرِيًّا أَمْ زَاغَتْ عَنْهُمُ الْأَبْصَارُ

Attakhaznaahum sikh riyyan am zaaghat 'anhumul absaar
Arti:
Dahulu kami menjadikan mereka olok-olokan, ataukah karena penglihatan kami yang tidak melihat mereka?”
Tafsir:
Dahulu kami menjadikan mereka olok-olokan; apakah karena mereka tidak pantas menerima hinaan itu sehingga tidak masuk neraka bersama kami, ataukah karena penglihatan kami yang tidak melihat mereka di tempat ini lantaran mereka telah masuk lebih dulu?”

64.

إِنَّ ذَٰلِكَ لَحَقٌّ تَخَاصُمُ أَهْلِ النَّارِ

Inna zaalika lahaqqun takhaasumu Ahlin Naar
Arti:
Sungguh, yang demikian benar-benar terjadi, (yaitu) pertengkaran di antara penghuni neraka.
Tafsir:
Sungguh, yang demikian itu benar-benar terjadi; itulah pertengkaran, saling mencaci, menyalahkan, dan menuduh di antara para penghuni neraka.

65.

قُلْ إِنَّمَا أَنَا مُنذِرٌ ۖ وَمَا مِنْ إِلَٰهٍ إِلَّا اللَّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ

Qul innamaaa ana munzirunw wa maa min ilaahim illal laahul Waahidul Qahhaar
Arti:
Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku hanya seorang pemberi peringatan, tidak ada tuhan selain Allah Yang Maha Esa, Mahaperkasa,
Tafsir:
Sebetulnya para penghuni neraka itu di dunia dahulu telah menerima peringatan para rasul untuk mengesakan Allah dan menaati aturan-Nya. Katakanlah, wahai Nabi Muhammad kepada kaum musyrik, “Sesungguhnya aku hanya seorang pemberi peringatan. Adalah tugasku untuk menyampaikan kepadamu ancaman-Nya yang pedih bagi orang-orang yang mengingkari-Nya. Karena itu, yakinilah bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah. Dialah Yang Maha Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya, Mahaperkasa sehingga dapat mengalahkan siapa pun yang menentang-Nya.

66.

رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا الْعَزِيزُ الْغَفَّارُ

Rabbus samaawaati wal ardi wa maa bainahumal 'Azeezul Ghaffaar
Arti:
(yaitu) Tuhan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, Yang Mahaperkasa, Maha Pengampun.”
Tafsir:
Dialah Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya. Dia menciptakan, menguasai, mengatur, mengawasi, dan memelihara kelangsungan ciptaan-Nya. Dialah Yang Mahaperkasa dalam mengatur kerajaan-Nya, Maha Pengampun atas dosa-dosa hamba yang memohon ampunan-Nya.”

67.

قُلْ هُوَ نَبَأٌ عَظِيمٌ

Qul huwa naba'un 'azeem
Arti:
Katakanlah, “Itu (Al-Qur'an) adalah berita besar,
Tafsir:
Wahai Nabi Muhammad, katakanlah kepada orang-orang kafir, “Ajakanku mengesakan Allah dan peringatanku tentang siksa akhirat itu adalah berita besar

68.

أَنتُمْ عَنْهُ مُعْرِضُونَ

Antum 'anhu mu'ridoon
Arti:
yang kamu berpaling darinya.
Tafsir:
yang selama ini kamu berpaling darinya, wahai orang-orang kafir. Berita dalam Al-Qur’an itu benar adanya, tetapi banyak manusia mengingkari.”

69.

مَا كَانَ لِيَ مِنْ عِلْمٍ بِالْمَلَإِ الْأَعْلَىٰ إِذْ يَخْتَصِمُونَ

Maa kaana liya min 'ilmim bilmala il a'laaa iz yakhtasimoon
Arti:
Aku tidak mempunyai pengetahuan sedikit pun tentang al-mala’ul a’la (malaikat) itu ketika mereka berbantah-bantahan.
Tafsir:
Katakanlah pula kepada mereka, “Aku tidak mempunyai pengetahuan sedikit pun tentang al-mala’ul a‘là itu, yaitu malaikat, ketika mereka berbantah-bantahan terhadap keputusan Allah terkait penciptaan Nabi Adam sebagai khalifah di bumi.

70.

إِن يُوحَىٰ إِلَيَّ إِلَّا أَنَّمَا أَنَا نَذِيرٌ مُّبِينٌ

Iny-yoohaaa ilaiya illaaa annnamaaa ana nazeerum mubeen
Arti:
Yang diwahyukan kepadaku, bahwa aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang nyata.”
Tafsir:
Yang diwahyukan kepadaku hanyalah kepastian bahwa aku hanyalah seorang rasul pemberi peringatan dan petunjuk yang nyata tentang adanya siksa di akhirat bagi orang-orang yang mengingkari para utusan Allah.”

71.

إِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِّن طِينٍ

Iz qaala Rabbuka lilmalaaa'ikati innee khaaliqum basharam min teen
Arti:
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah.
Tafsir:
Usai menafikan pengetahuan Rasulullah menyangkut al-Mala’ul-A‘la kecuali apa yang sudah diwahyukan oleh Allah, pada ayat berikut Allah lalu menguraikan sekelumit tentang al-Mala’ul-A‘la dan penciptaan Nabi Adam. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia Adam sebagai khalifah di bumi. Aku menciptakannya dari tanah bercampur air.

72.

فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِن رُّوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ

Fa-iza sawwaituhoo wa nafakhtu feehi mir roohee faqa'oo lahoo saajideen
Arti:
Kemudian apabila telah Aku sempurnakan kejadiannya dan Aku tiupkan roh (ciptaan)-Ku kepadanya; maka tunduklah kamu dengan bersujud kepadanya.”
Tafsir:
Kemudian, apabila telah Aku sempurnakan kejadian fisik-nya dengan anggota tubuh dan bentuk yang sempurna dan Aku tiupkan roh ciptaan-Ku kepadanya, maka tunduklah kamu semua dengan bersujud penuh hormat kepadanya, bukan sujud penghambaan dan pengagungan.

73.

فَسَجَدَ الْمَلَائِكَةُ كُلُّهُمْ أَجْمَعُونَ

Fasajadal malaaa'ikatu kulluhum ajma'oon
Arti:
Lalu para malaikat itu bersujud semuanya,
Tafsir:
Sempurnalah kejadian Adam, lalu dengan serta-merta para malaikat itu bersujud semuanya sebagai bentuk penghormatan kepadanya dan bukti ketaatan kepada perintah Allah.

74.

إِلَّا إِبْلِيسَ اسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ

Illaaa Iblees; istakbara wa kaana minal kaafireen
Arti:
kecuali Iblis; ia menyombongkan diri dan ia termasuk golongan yang kafir.
Tafsir:
Mereka semua bersujud, kecuali Iblis; ia enggan bersujud di hadapan Adam karena menyombongkan diri dan enggan menaati kepada Allah, dan ia termasuk golongan yang kafir.

75.

قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَن تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ ۖ أَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنتَ مِنَ الْعَالِينَ

Qaala yaaa Ibleesu maa man'aka an tasjuda limaa khalaqtu biyadai; astakbarta am kunta min 'aaleen
Arti:
(Allah) berfirman, “Wahai Iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Aku ciptakan dengan kekuasaan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri atau kamu (merasa) termasuk golongan yang (lebih) tinggi?”
Tafsir:
Mengetahui hal tersebut Allah bertanya, “Wahai Iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud dengan hormat kepada Adam yang telah Aku ciptakan dengan kekuasaan-Ku dan Aku muliakan? Apakah kamu menyombongkan diri dengan mengabaikan perintah-Ku atau kamu merasa termasuk golongan yang lebih tinggi dan terhormat daripada Adam?”

76.

قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِّنْهُ ۖ خَلَقْتَنِي مِن نَّارٍ وَخَلَقْتَهُ مِن طِينٍ

Qaala ana khairum minah; khalaqtanee min naarinw wa khalaqtahoo min teen
Arti:
(Iblis) berkata, “Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”
Tafsir:
Iblis berkata, “Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.” Iblis mengira api lebih baik daripada tanah karena api selalu membumbung sedangkan tanah selalu di bawah (Lihat pula: Surah al-A‘ràf/7: 12).

77.

قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ

Qaala fakhruj minhaa fainnaka rajeem
Arti:
(Allah) berfirman, “Kalau begitu keluarlah kamu dari surga! Sesungguhnya kamu adalah makhluk yang terkutuk.
Tafsir:
Mengetahui kedurhakaan Iblis, Allah mengusirnya seraya berfirman, “Kalau begitu, keluarlah kamu dari surga! Sesungguhnya kamu adalah makhluk yang terkutuk, terusir dari rahmat-Ku, dan terlarang dari surga-Ku.

78.

وَإِنَّ عَلَيْكَ لَعْنَتِي إِلَىٰ يَوْمِ الدِّينِ

Wa inna 'alaika la'nateee ilaa Yawmid Deen
Arti:
Dan sungguh, kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan.”
Tafsir:
Dan sungguh, kutukan-Ku tetap berlaku atasmu sampai hari pembalasan, hari ketika seluruh perbuatan diperhitungkan dan dibalas.” Iblis berkata seraya memohon,

79.

قَالَ رَبِّ فَأَنظِرْنِي إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ

Qaala Rabbi fa anzirneee ilaa Yawmi yub'asoon
Arti:
(Iblis) berkata, “Ya Tuhanku, tangguhkanlah aku sampai pada hari mereka dibangkitkan.”
Tafsir:
“Ya Tuhanku, karena Engkau telah menjadikan aku makhluk-Mu yang terlaknat, maka tangguhkanlah kematianku dan izinkanlah aku hidup sampai pada hari mereka dibangkitkan supaya aku bisa menggoda mereka sepanjang hayat.”

80.

قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ الْمُنظَرِينَ

Qaala fa innaka minal munzareen
Arti:
(Allah) berfirman, “Maka sesungguhnya kamu termasuk golongan yang diberi penangguhan,
Tafsir:
Allah berfirman, “Maka sesungguhnya kamu, wahai Iblis, termasuk golongan yang diberi penangguhan.

81.

إِلَىٰ يَوْمِ الْوَقْتِ الْمَعْلُومِ

Ilaa Yawmil waqtil ma'loom
Arti:
sampai pada hari yang telah ditentukan waktunya (hari Kiamat).”
Tafsir:
Aku akan memanjangkan umurmu dan menunda kematianmu sampai pada hari yang telah ditentukan waktunya, yaitu hari Kiamat.” Dengan penundaan ini Allah bermaksud memberi cobaan kepada hamba-Nya untuk menguji siapa yang menaati perintah Allah dan siapa yang mengikuti langkah Iblis.

82.

قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ

Qaala fabi'izzatika la ughwiyannahum ajma'een
Arti:
(Iblis) menjawab, “Demi kemuliaan-Mu, pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,
Tafsir:
Iblis menjawab dan memohon lagi, “Wahai Tuhanku, demi kekuasan dan kemuliaan-Mu, berilah aku kesempatan menggoda manusia, pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya dengan tipu dayaku sehingga mereka memandang baik perbuatan buruk.

83.

إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ

Illaa 'ibaadaka minhumul mukhlaseen
Arti:
kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih di antara mereka.”
Tafsir:
Akan aku tipu semua manusia, kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih di antara mereka, yaitu mereka yang Kauberi taufik untuk menaati petunjuk dan perintah-Mu. Aku hanya akan mampu menggoda dan menyesatkan mereka yang kafir dan lemah imannya.”

84.

قَالَ فَالْحَقُّ وَالْحَقَّ أَقُولُ

Qaala falhaqq, walhaqqa aqool
Arti:
(Allah) berfirman, “Maka yang benar (adalah sumpahku), dan hanya kebenaran itulah yang Aku katakan.
Tafsir:
Allah mengabulkan permintaan Iblis seraya berfirman, “Maka yang benar adalah sumpah-Ku, dan janji-Ku pasti benar. Hanya kebenaran itulah yang Aku katakan.

85.

لَأَمْلَأَنَّ جَهَنَّمَ مِنكَ وَمِمَّن تَبِعَكَ مِنْهُمْ أَجْمَعِينَ

La amla'annna Jahannama minka wa mimman tabi'aka minhum ajma'een
Arti:
Sungguh, Aku akan memenuhi neraka Jahanam dengan kamu dan dengan orang-orang yang mengikutimu di antara mereka semuanya.”
Tafsir:
Sungguh, Aku akan memenuhi neraka Jahanam dengan kamu dan keturunanmu, wahai Iblis, dan dengan orang-orang yang mengikutimu dalam kesesatan di antara mereka semuanya, yakni anak cucu Adam.”

86.

قُلْ مَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُتَكَلِّفِينَ

Qul maaa as'alukum 'alaihi min ajrinw wa maaa ana minal mutakallifeen
Arti:
Katakanlah (Muhammad), “Aku tidak meminta imbalan sedikit pun kepadamu atasnya (dakwahku); dan aku bukanlah termasuk orang yang mengada-ada.
Tafsir:
Wahai Nabi Muhammad, katakanlah kepada orang-orang kafir, “Aku diutus oleh Allah untuk mendakwahkan risalah dan aku tidak meminta imbalan atau upah sedikit pun kepadamu atasnya. Tugasku hanya-lah menyampaikan risalah dan Allah-lah yang akan memberiku upah atas tugas itu. Dan ketahuilah bahwa aku bukanlah termasuk orang yang mengada-ada dan suka membuat-buat.

87.

إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرٌ لِّلْعَالَمِينَ

In huwa illaa zikrul lil'aalameen
Arti:
(Al-Qur'an) ini tidak lain hanyalah peringatan bagi seluruh alam.
Tafsir:
Al-Qur’an ini tidak lain hanyalah peringatan dari Allah. Allah memenuhinya dengan petunjuk bagi seluruh alam, baik jin maupun manusia, menuju jalan yang lurus dan menjadikannya pembeda antara yang hak dan yang batil.

88.

وَلَتَعْلَمُنَّ نَبَأَهُ بَعْدَ حِينٍ

Wa lata'lamunna naba ahoo ba'da heen
Arti:
Dan sungguh, kamu akan mengetahui (kebenaran) beritanya (Al-Qur'an) setelah beberapa waktu lagi.”
Tafsir:
Dan sungguh, wahai orang-orang kafir, kamu akan mengetahui kebenaran beritanya setelah beberapa waktu lagi. Tidak lama lagi, entah di dunia atau akhirat, kamu akan mendapati kebenaran isi Al-Qur’an, seperti janji dan ancaman Allah, kejadian di masa depan, dan hari kebangkitan.